Ket gambar: US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)
Pasar surat utang Indonesia kembali diguncang gejolak global. Lonjakan harga minyak mentah dan kekhawatiran perang dunia ketiga pasca-serangan Amerika Serikat ke Iran membuat investor buru-buru melepas Surat Utang Negara (SUN). Akibatnya, imbal hasil (yield) SUN melonjak di hampir semua tenor.
Pada Senin (23/6/2025), yield SUN tenor 5 tahun naik 5,1 basis poin (bps) ke level 6,464%. SUN 10 tahun melonjak 4,1 bps ke 6,805%, dan tenor 20 tahun naik 2,2 bps ke 7,072%. Hanya SUN tenor 1 tahun yang justru mengalami penurunan yield sebesar 2,2 bps menjadi 6,012%.
Kenaikan ini mencerminkan kekhawatiran investor terhadap risiko geopolitik yang meningkat tajam, menyusul pernyataan Presiden AS Donald Trump bahwa jika Iran membalas serangan, maka akan ada serangan lanjutan yang lebih besar.
Analis Mega Capital Sekuritas memperingatkan bahwa Iran kemungkinan akan membalas dengan mengganggu jalur pasokan minyak dari Timur Tengah, terutama di Selat Hormuz. Hal ini berpotensi mengerek harga minyak mentah Brent ke kisaran US\$ 80–85 per barel dalam waktu dekat.
Harga Minyak Melonjak, Rupiah Tertekan
Pagi ini, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) melonjak 5,63% ke US\$78 per barel, dan Brent naik 4,26% ke US\$80. Kenaikan harga minyak global sejak serangan Israel ke Iran pada 13 Juni lalu telah mencapai 17%, dan bisa melonjak hingga US\$130 per barel jika Selat Hormuz ditutup.
Di sisi lain, rupiah ikut tertekan dan diperkirakan bisa melemah hingga Rp16.500 per dolar AS. Kombinasi harga minyak tinggi dan pelemahan rupiah bisa menjadi pukulan berat bagi fiskal Indonesia.
Dampak ke APBN: Beban Semakin Berat
Asumsi APBN 2025 menggunakan harga minyak ICP sebesar US\$ 82 per barel. Setiap kenaikan US\$ 1 dari asumsi itu menambah beban negara sekitar Rp7 triliun. Jika harga minyak terus naik, defisit APBN bisa melebar mendekati batas atas 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Kondisi ini diperparah dengan penurunan penerimaan pajak akibat ekonomi domestik yang lesu. Artinya, tambahan beban dari subsidi energi akan menjadi tantangan serius bagi keuangan negara.
Investor Asing Mulai Kabur dari SBN
Tekanan jual di pasar obligasi pemerintah sudah terasa sejak pekan lalu, terutama dari investor asing. Data Kementerian Keuangan menunjukkan bahwa dalam tiga hari terakhir hingga 18 Juni, investor asing melepas SBN senilai Rp13,39 triliun. Kepemilikan asing kini hanya tersisa Rp919,11 triliun, terendah sejak akhir Mei.
Sepanjang Juni, investor asing telah mencatat penjualan bersih (net sell) sebesar US\$ 421,8 juta. Meski secara kuartalan masih mencetak beli bersih, gejala keluarnya dana asing ini patut diwaspadai.
Ketegangan geopolitik bukan hanya urusan luar negeri, tapi bisa berdampak langsung ke kantong rakyat dan keuangan negara. Dalam situasi seperti ini, pasar menjadi sangat sensitif terhadap kabar buruk, dan pemerintah harus bersiap menghadapi lonjakan beban fiskal, serta menjaga stabilitas ekonomi dan nilai tukar.
Sumber: Bloomberg
Editor: Agusto Sulistio