Pikiranmerdeka.com, Jakarta – Sebagai pelopor Air Minum Dalam Kemasan (AMDK), AQUA tergerak untuk menyebarluaskan informasi kepada masyarakat bahwa tidak semua air sama, sekaligus memberikan edukasi tentang pentingnya konsumsi air minum berkualitas.
Kualitas air minum berkaitan erat dengan berbagai masalah kesehatan. Cemaran bakteri E. coli berpotensi memicu diare dan seperti diketahui, diare merupakan salah satu penyebab utama kematian Balita di Indonesia.
Permenkes Nomor 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum menyebutkan bahwa air minum harus memenuhi syarat tidak berbau, tidak berasa (tawar, dingin alami), bersih dan jernih, serta aman dari kontaminan.
Dr. dr. Diana Sunardi, Mgizi, SpGK(K), Spesialis Gizi Klinik di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), sekaligus Ketua Indonesian Hydration Working Group (IHWG), dalam acara media gathering “Tidak Semua Air Sama” di Four Seasons Ballroom, Gatot Subroto, Jakarta pada Selasa 26 September 2023, menyebut bahwa sumber air yang berkualitas buruk dapat membawa berbagai masalah kesehatan, seperti diare hingga stunting.
Dia jelaskan, komposisi mikrobiota antara lain dipengaruhi oleh sumber air minum. Dari hasil riset, komposisi bakteri jahat yang membawa berbagai masalah kesehatan meningkat ketika anak-anak mengonsumsi air minum dari sumber yang tidak aman.
“Walaupun air minum sudah direbus hingga mendidih, jika cara penanganan dan penyimpanan air tidak higienis maka kontaminasi E. coli dapat kembali terjadi,” kata Dr. dr. Diana Sunardi.
Guru besar hidrogeologi Universitas Gadjah Mada Prof. Dr.rer.nat. Ir. Heru Hendrayana, menegaskan bahwa tidak semua air sama. Air yang sehat dan aman untuk dikonsumsi sangat bergantung dari sumbernya.
“Air yang diambil dari tanah dangkal besar peluangnya untuk tercemar aktivitas manusia. Sementara air dari akuifer dalam sifatnya murni dan memiliki kandungan mineral alami sehingga aman dan menyehatkan untuk dikonsumsi,” terang Heru.
Sri Widowati, Vice President Marketing Danone Indonesia menyebut, bahwa AQUA menjawab kebutuhan konsumen Indonesia terhadap air minum yang aman dan berkualitas. AQUA berasal dari 19 pegunungan terpilih yang telah melewati 9 kriteria, 5 tahapan, serta minimal 1 tahun penelitian.
“Pemilihan sumber air AQUA juga didukung oleh pakar dari lintas-keilmuan, yaitu geologi, hidrogeologi, dan geofisika, serta didukung oleh laboratorium di Perancis dan Jerman, dipilih secara ketat melalui lebih dari 600 parameter sehingga mengandung mineral alami dan diproses tanpa tersentuh tangan manusia untuk menjaga kemurniannya, sehingga rasanya yang dingin alami tanpa didinginkan,” kata Sri Widowati
Sri mengungkapkan, AQUA berkomitmen menerapkan pendekatan yang terintegrasi dari hulu ke hilir untuk memastikan kualitas dan kuantitas sumber air selalu terjaga. Upaya keberlanjutan AQUA mencakup:
Hulu:
Menanam hingga 2,5 juta pohon di berbagai wilayah konservasi di Indonesia, lalu membangun hingga 2.300 sumur resapan, dan membangun 12.000 rorak (parit buntu untuk menampung dan meresapkan air ke dalam tanah serta menampung sedimen-sedimen dari bidang olah, sehingga menambah sumber-sumber air di bagian hilir)
Tengah:
Membangun 93.000 biopori, membangun 32 water pond, dan membangun 74 penampung air hujan (PAH)
Hilir:
Mengembangkan 17 taman keanekaragaman hayati (kehati) untuk menjaga keberlanjutan ekosistem, termasuk flora dan fauna endemik dan menyediakan akses air bersih dan sanitasi ke lebih dari 500.000 penerima manfaat
Najwa Shihab menyampaikan, pentingnya peran air bagi kesehatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang, serta konsumen perlu kritis dan mencari tahu tentang kualitas air yang mereka konsumsi dengan memperhatikan dari mana air bersumber dan juga memperhatikan faktor keberlanjutan yang erat kaitannya dengan menjaga kualitas dan kuantitas air.
“Konsumen masa kini, terutama kaum muda, menyebutkan bahwa dampak lingkungan menjadi perhatian mereka untuk memilih sebuah produk, termasuk air minum,” kata jurnalis senior dan figur publik Najwa Shihab. (Amhar)