Oleh: Agusto Sulistio – Pegiat Sosmed.
Dalam diskusi rutin Indonesia Democrasi Monitor (Indemo) minggu lalu (Desember 2023), menyoroti tiga dampak besar yang akan dihadapi akibat terjadinya perubahan Iklim, krisis perang kawasan, serta pemilihan presiden serentak di 40 negara. Terkait ini akan dihadapi oleh pemimpin Indonesia kedepan yang saat ini tengah berkompetisi menuju pilpres 2024.
Pemilihan presiden tak hanya akan dilakukan Indonesia pada 14 Februari 2024 mendatang, namun ditahun itu akan terdapat 40 negara yang akan melaksanakan pemilihan presiden, salah satunya Amerika, Israel, Srilanka, Taiwan, Ukraina, Mesir, Venezuela, Peru, dll. Hal ini tentu berdampak pada soal ketidakpastian ekonomi, polarosasi politik, ketegangan keamanan, dll. Pemilihan presiden di negara besar seperti Amerika Serikat dapat memiliki dampak global. Perubahan dalam kebijakan luar negeri dan perdagangan bisa mempengaruhi hubungan internasional dan perekonomian dunia.
Krisis perang kawasan menyebabkan ketidakstabilan ekonomi global, termasuk penurunan harga komoditas dan fluktuasi mata uang. Hal ini dapat memengaruhi ekspor Indonesia, yang mana negara kita saat ini bergantung pada perdagangan luar negeri. Disisi lain dapat terjadi gangguan Pasokan Energi, yang mana konflik di kawasan produsen minyak dapat mengakibatkan gangguan pasokan energi global, seperti contoh terjadinya perang Rusia dan Ukraina. Indonesia bergantung pada impor minyak, gandum, dll terhadap negara tersebut, sehingga memicu kenaikan harga energi dan merugikan sektor industri dan konsumen dalam negeri.
Khususnya soal perubahan iklim, bahwa dampak yang ditimbulkan sangat krusial menyentuh pada persoalan dasar suatu bangsa, lebih jauh lagi pada daya tahan suatu bangsa negara dalam melewati masa kritis pasca perubahan iklim. Semua akan ditentukan oleh cara mengantisipasi dan mempersiapkan sumber alternatif bagi kehidupan rakyat disamping pemukiman yang aman dari bencana alam.
Debat Capres Cawapres 2024.
Sejauh ini sudah berlangsung 2 debat capres cawapres 2024, dari 5 putaran debat yang telah direncanakan KPU. Minggu lalu telah berlangsung debat para capres nomor urut 1: Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Nomor urut 2: Parabowo Subianto-Gibran, Nomor urut 3: Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Kemarin malam, Jumat 22/12/2023 Depat para Cawapres. Dua putaran tersebut membahas berbagai hal, khususnya soal ekonomi, sosial, politik, pertahanan, keamanan, hukum, internasional, dll.
Dari 2 putaran Debat Capres Cawapres 2024 tersebut penulis menilai lebih dominan kepada janji-janji yang tidak dapat terealisasi oleh suatu hal, salahsatunya anggaran dan dukungan politik di parlemen. Masing-masing capres sorotan seringkali tertuju pada kritik dan upaya mengungkap kegagalan suatu program atau kebijakan, menciptakan atmosfer saling sindir dan upaya menjatuhkan satu sama lain. Meskipun gagasan yang ditampilkan memiliki karakter normatif, namun belum menyentuh substansi, strategi, dan prioritas yang substansial.
Sayangnya, perhatian debat capres belum sepenuhnya menyentuh esensi persoalan substantif yang memperlihatkan visi mendalam terhadap tantangan-tantangan global yang tak terelakkan. Perubahan iklim, krisis perang kawasan, serta pemilihan presiden serentak di berbagai belahan dunia yang secara fakta menjadi soal utama dari permasalahan global yang akan memberikan dampak besar pada stabilitas sosial, ekonomi, politik, dan keamanan pertahanan, khususnya pemerintah Indonesia yang akan datang.
Dampak perubahan iklim ekstrim secara nyata dan tak terbantahkan akan berimbas pada terganggunya sektor pertanian, perkebunan, perikanan, pertambangan, peternakan, dll.
Lebih jauh lagi, ketahanan pangan muncul sebagai pokok utama yang tidak boleh terabaikan, mengingat bahwa itu merupakan landasan kehidupan bagi masyarakat. Oleh karenanya, debat capres seharusnya menjadi wahana utama untuk membahas strategi menghadapi tantangan global di masa depan, dengan memperhatikan skala prioritas kebutuhan yang mendesak.
Menghadapi Tantangan Global dengan Visi
Debat capres yang kaya akan visi misi seharusnya melampaui batasan normatif dan menyoroti solusi konkrit terhadap persoalan global yang akan dihadapi. Misalnya, dalam menghadapi perubahan iklim, calon presiden dapat membahas rencana konkrit untuk mengurangi emisi karbon, meningkatkan ketahanan terhadap bencana alam, dan mendorong adaptasi di sektor pertanian.
Sektor pertanian yang bergantung pada iklim ditengah ancaman perubahan iklim diharapkan para kandidat dapat menyampaikan strategi apa yang tepat untuk menciptakan ketahanan pangan rakyat. Pemanfaatan pertanian berbasis teknologi digital (Internet of Thinks / IoT) tentu dapat menjadi solusi pertanian Indonesia yang berada dijalur tropis khatulistiwa yang rentan dengan perubahan cuaca. Sejauh mana kandidat dapat menerapkan teknologi pertanian sebagai upaya meningkatkan produksi pertanian yang lebih terukur dan ternyata, sehingga menghindari gagal panen. Tak hanya itu, bagaimana peran pemerintah yang akan datang dapat memastikan hal ini dapat dilakukan ditengah keterbatasan paradigma budaya petani.
Krisis perang kawasan dapat menjadi fokus debat terkait kebijakan luar negeri, diplomasi, dan upaya perdamaian yang akan diimplementasikan oleh calon presiden. Selain itu, dalam konteks pemilihan presiden serentak di berbagai negara, penting untuk memahami dampaknya terhadap hubungan internasional dan peran Indonesia di dunia.
Dalam aspek ketahanan pangan, calon presiden seharusnya menyajikan strategi yang holistik, mencakup peningkatan produksi pangan, distribusi yang efisien, dan inovasi dalam pertanian. Para capres cawapres harus mampu mempertimbangkan skala prioritas kebutuhan masyarakat, mengingat ketahanan pangan bukan hanya soal kecukupan, tetapi juga vital strategis dan keberlanjutan.
Debat dengan Visi Kebijakan yang Tangguh
Menghadapi debat capres selanjutnya sangat perlu para kandidat untuk menempatkan fokus pada hal yang substansial dan strategis daripada saling menjatuhkan sesama kandidat. Sampaikan gagasan-gagasan yang substansial dan konkrit terkait dengan isu-isu krusial yang dihadapi oleh negara.
Debat capres bukan hanya panggung untuk menjatuhkan lawan politik, tetapi juga kesempatan untuk menggambarkan visi dan rencana nyata dalam menghadapi masa depan yang penuh tantangan. Calon presiden harus dapat meyakinkan masyarakat bahwa mereka memahami dan memiliki solusi konkret terhadap tantangan global yang akan membentuk arah bangsa.
Dengan demikian, debat capres yang sesungguhnya akan menjadi jendela bagi publik untuk memahami lebih dalam visi, komitmen, dan kebijakan para calon dalam memimpin Indonesia di era yang penuh dinamika dan kompleksitas ini.
Kalibata, Jakarta Selatan, 23/12/2023, 21:36 Wib.