Oleh: Agusto Sulistio – Pegiat Sosmed, Pendiri The Activist Cyber.
Pelaksanaan Pemilu 2024 di Indonesia menjadi sorotan tajam banyak pihak, khususnya setelah Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP) menyatakan dugaan kecurangan lebih parah daripada pemilu sebelumnya.
Mari kita analisa 7 poin penting dibawah ini, sejauh mana praktek tersebut memiliki keterkaitan sehingga praktek kecurangan yang terencana seperti yang telah disampaikan pihak terkait, TSM (terstruktur, sistematis, dan masif) dapat dibuktikan secara logis dan fakta.
- Logistik Bermasalah di Tujuh Provinsi.
DEEP Indonesia mencatat kelalaian dalam logistik pemilu di tujuh provinsi. Surat suara tercoblos, tertukar, dan bahkan hilang menjadi sorotan utama, menimbulkan kekhawatiran terkait kelancaran proses pemilihan. - Keterlibatan Bawaslu dalam Penanganan Kecurangan.
Komisioner KPU, Idham Kholik, menegaskan bahwa jika terdapat dugaan kecurangan, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) akan bertindak. Namun, respons cepat Bawaslu menjadi pertanyaan seiring dengan kompleksitas masalah yang terjadi di lapangan. - Warganet dan Isu Kecurangan di Media Sosial.
Media sosial menjadi pusat perbincangan, khususnya terkait film dokumenter Dirty Vote dan isu pemilu satu putaran. Drone Emprit mencatat bahwa mayoritas warganet menunjukkan emosi kemarahan terhadap dugaan kecurangan, menciptakan diskusi yang memanas. - Kasus Surat Suara Tercoblos di Berbagai Daerah.
Kasus surat suara yang sudah tercoblos menjadi fokus utama. Dari Garut hingga Pekanbaru, bukti-bukti menunjukkan ketidakberesan dalam proses pemungutan suara, memicu kekhawatiran akan keabsahan hasil pemilu. - Pelanggaran Logistik dan Ketidaksiapan Petugas.
DEEP Indonesia menyoroti kasus pelanggaran logistik seperti surat suara yang kurang, hilang, dan rusak. Ketidaksiapan petugas di lapangan juga menjadi masalah serius yang mempengaruhi kelancaran proses pemilihan. - Penyelidikan Pelanggaran di Aceh.
Di Aceh, terdapat 15 pelanggaran pemilu yang sedang diselidiki. Dari caleg membawa surat suara dalam kantong plastik hingga aduan kecurangan di beberapa Tempat Pemungutan Suara (TPS), memberikan gambaran serius terkait integritas pemilu di daerah tersebut. - Pemikiran Pesimistis dan Ajakan Presiden Jokowi.
Neni Nur Hayati dari DEEP Indonesia mengungkapkan pesimisme terhadap respons cepat Bawaslu, yang dianggapnya terlalu fokus pada pencegahan daripada penindakan. Presiden Jokowi, sementara itu, mengajak pihak yang merasa terdapat kecurangan untuk membawa bukti langsung ke Bawaslu dan Mahkamah Konstitusi.
Menunggu Hasil Resmi KPU (Kecepatan vs Keabsahan)
Klaim dugaan kecurangan menjadi sorotan utama dalam Pemilu 2024, khususnya dilontarkan oleh kandidat Kubu 01 (Anies Baswedan – Cak Imin) dan Kubu 03 (Ganjar-Mahfud). Pengamat dan tim sukses kandidat khawatir bahwa integritas proses demokrasi terancam oleh praktek yang tidak fair. Pertanyaan-pertanyaan pun muncul terkait transparansi, logistik, dan keberlanjutan demokrasi.
Spekulasi bahwa hasil akhir pemilu akan sesuai dengan rencana yang sudah dipersiapkan sebelumnya mengguncang kepercayaan publik. Harapan akan kesetaraan dan keadilan dalam perwujudan suara rakyat menjadi terombang-ambing oleh keraguan atas integritas pemilu.
Dilema muncul saat kita berhadapan dengan waktu. Menginginkan kecepatan dalam mendapatkan hasil pemilu versus menantikan keabsahan dan keadilan dalam proses penghitungan suara. Pertanyaan lebih lanjut muncul: apakah kita harus terus menunggu hasil resmi KPU jika kecurangan sudah dapat dibuktikan?
Akhir Kisah Pemilu Curang, Kenya 2007
Pemilihan Presiden Kenya 2007 menjadi salah satu babak kelam dalam sejarah politik negara tersebut, yang berujung pada kerusuhan dan ketidakpuasan yang meluas. Dari berbagai sumber terpercaya, 1000 lebih pendukung kandidat dan masyarakat umum tewas dan ribuan lainnya mengungsi.
Berikut kronologis singkat yang dirangkum dari berbagai sumber terpercaya.
- Desember 2007.
Pemilihan umum diadakan pada 27 Desember 2007, melibatkan kandidat Mwai Kibaki dan Raila Odinga.
Pada 30 Desember 2007, Kibaki dinyatakan menang, disusul oleh protes dan keprihatinan internasional terkait transparansi pemilu.
Odinga mengklaim kemenangan, memicu protes massal karena merasa dipinggirkan oleh hasil kontroversial.
- Konflik Etnis dan Kekerasan.
Protes berkembang menjadi konflik etnis dan kekerasan, menyebabkan kerusakan rumah dan ribuan orang mengungsi. - Mediasi dan Kesepakatan.
Mediasi internasional dipimpin oleh Kofi Annan pada Februari 2008, menghasilkan kesepakatan damai membentuk pemerintahan koalisi, dengan Odinga sebagai perdana menteri.
Masjid Arif Rahman Hakim, Kampus UI Salemba, Selasa 12 Maret 2024, 15:09 Wib.
end…