Oleh: Agusto Sulistio – Pegiat Sosmed.
Setelah pengumuman resmi hasil pemilu 2024 oleh KPU semalam (Rabu 20/3/2024), pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dinyatakan sebagai pemenang dengan perolehan suara sebesar 58,59%. Pasangan ini memperoleh dukungan sebanyak 96.214.691 suara dari total suara sah sebanyak 164.270.475. Sementara itu, pasangan Anies-Muhaimin Iskandar meraih suara sebanyak 24,95%, dan pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD mendapat 16,47% dari total suara sah.
MK Penentu Hasil Pilpres 2024
Langkah selanjutnya adalah menunggu hasil keputusan Mahkamah Konstitusi (MK), yang menjadi penting untuk menegaskan keabsahan hasil pemilu. Terkait ini, tanggapan dari parpol pengusung pasangan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud masih belum menunjukkan keselarasan. Hal ini menimbulkan pro-kontra, khususnya Nasdem terkait langkah politik yang akan diambil oleh Anies-Muhaimin.
Dalam pernyataannya semalam uaai keputusan KPU, pasangan Anies-Muhaimin telah menyatakan niat untuk mengajukan gugatan terkait dugaan kecurangan dalam pelaksanaan Pilpres 2024 ke MK. Sementara itu, Ganjar-Mahfud juga diinformasikan akan mengajukan gugatan langsung ke MK, meskipun partai pengusungnya, PDI-P, belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait rencana ini. Namun, berdasarkan pernyataan kader PDI-P, kemungkinan besar akan mendukung langkah capres-cawapres yang diusungnya.
Pertanyaannya, apakah MK akan mengabulkan permohonan dari kedua pasangan tersebut? Waktu yang terbatas dan bukti-bukti kecurangan yang diajukan dalam gugatan di MK akan menjadi tantangan besar. Jika kita lihat perjalanan MK ke belakang, jarang terjadi gugatan capres-cawapres menang di MK. Namun dinamika politik pasca-pengumuman KPU diprediksi akan membuat proses gugatan Pilpres 2024 menjadi lebih intens dan menegangkan.
Bayang-bayang Pelantikan Prabowo-Gibran
Hasil pilpres 2024 yang masih memunculkan pro dan kontra di masyarakat, serta reaksi dari para kandidat capres-cawapres, akan berdampak pada perjalanan menuju pelantikan Prabowo-Gibran pada Oktober 2024 mendatang. Dinamika politik yang bergerak cepat akan menjadi penentu utama, terutama jika gelombang protes dari pendukung pasangan nomor 01 dan 03 terus meningkat dan mengancam proses pelaksanaan pelantikan tersebut.
Ketegangan PDI-P dengan Jokowi.
Pernyataan dari elit PDI-P, Dedi Sirorus, bahwa PDI-P tidak memiliki persoalan dengan parpol peserta pemilu 2024 kecuali dengan Jokowi, menimbulkan interpretasi yang luas. Penulis meyakini bahwa kemungkinan kerjasama politik antara Prabowo, Ketum Gerindra, yang juga presiden terpilih 2024, dengan PDI-P bisa terjadi. Hal ini dapat menghasilkan dinamika politik baru setelah pengumuman hasil pilpres oleh KPU, di mana Jokowi akan menghadapi posisi sulit sebagai King Maker bagi Prabowo-Gibran.
Di sisi lain, jika hubungan politik antara Prabowo dan PDI-P kembali terjalin seperti pada pilpres 2009 (Megawati-Prabowo), maka akan terjadi pergeseran besar dalam koalisi Indonesia Maju yang saat ini didukung oleh Golkar, PAN, Demokrat, PBB, Prima, dan Gelora. Hal ini akan menyebabkan penurunan drastis dalam pengaruh politik Jokowi, dan posisinya dalam panggung politik akan tergeser jauh oleh dinamika politik yang terus berubah.
Dampak Situasi Global.
Di sisi lain, situasi politik dunia saat ini menunjukkan gejolak yang bervariasi, khusunya dengan adanya pemilihan presiden di banyak negara. Contohnya adalah pemilihan presiden di Rusia yang berujung pada kembali terpilihnya Vladimir Putin, yang mendapat kritik dari Amerika, terkait kebijakan Putin selanjutnya pasca terpilih yang dapat menambah ketegangan di Ukraina, Israel-Palestiana, dll. Hal ini dapat memicu ketegangan baru yang berpotensi dampak global.
Selain itu, saat ini Amerika Serikat juga sedang mengalami ketegangan politik yang signifikan, terutama dengan perseteruan antara Presiden Biden dan mantan Presiden Donald Trump, dll, ditengah kritik yang meningkat terhadap kebijakan Biden terkait isu Palestina, dan ekonomi dalam negerinya jelang Pilpres Amerika tahun ini. Kemudian ancaman Korea Utara dan RRC yang terus membayangi Amerika atas perannya di internasional. Semua tantangan itu dapat mengancam stabilitas Indonesia sebagai negara yang memiliki hubungan kerjasama ekonomi, pertahanan, politik, dll dengan negara-negara tersebut.
Masjid Arief Rahman Hakim, Kampus UI Salemba, Jakarta Pusat, Kamis 21 Maret 2024, 12:54 Wib.