Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mempertanyakan lonjakan harga beras dan minyak goreng Minyakita di DKI Jakarta yang melebihi batas harga eceran tertinggi (HET) yang telah ditetapkan pemerintah.
Sekretaris Jenderal Kemendagri, Tomsi Tohir, heran karena Jakarta yang tergolong wilayah distribusi utama justru mencatat harga beras tertinggi di zona 1 (Pulau Jawa). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per 14 Juni 2025, harga beras di Jakarta Timur dan Jakarta Utara masing-masing mencapai Rp15.779 dan Rp15.770 per kilogram jauh di atas HET Rp12.500.
“Jakarta Timur dan Utara sudah di atas Rp15.000 per kilogram. Padahal ini wilayah pusat. Saya minta DKI tolong beri penjelasan, karena kalau di Jakarta saja sudah mahal, apalagi di daerah lain,” tegas Tomsi dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah 2025, yang ditayangkan di YouTube Kemendagri, Senin (16/6/2025).
Tak hanya beras, harga Minyakita juga turut disorot. Di beberapa wilayah Jakarta dan sekitarnya, harganya jauh melampaui HET Rp15.700 per liter. Di Kepulauan Seribu dan Jakarta Barat, harga Minyakita tembus Rp18.000 per liter. Bahkan di Bekasi dan Jakarta Pusat masing-masing tercatat Rp17.833 dan Rp17.667 per liter.
Yang mengejutkan, Tomsi menyebut ada laporan harga Minyakita yang tembus hingga Rp50.000 per liter angka yang tak masuk akal, terutama untuk wilayah yang dekat dengan jalur distribusi dan pusat produksi.
“Tidak ada alasan logistik. Daerah-daerah di Jawa lain saja bisa murah. Probolinggo Rp15.350, Blitar Rp15.500, Temanggung Rp15.600, Indramayu Rp15.700. Jadi kenapa DKI bisa semahal ini?” tanya Tomsi.
Ia juga membandingkan dengan daerah luar Jawa seperti Batam, Sidenreng Rappang, Pare Pare, dan Polewali Mandar, yang menjual Minyakita di harga wajar sekitar Rp15.500 per liter.
Menanggapi hal itu, perwakilan Pemprov DKI Jakarta menyampaikan bahwa pihaknya sudah menggelar pasar murah di 20 titik untuk menekan harga beras. Fokus saat ini akan diarahkan ke Jakarta Timur dan Jakarta Utara sebagai wilayah dengan harga tertinggi.
(Amh/PM)