https://pikiranmerdeka.com

Wujudkan Demokrasi

Janji Jokowi Diantara Derita Pengungsi Rohingya

Nov 23, 2023 #Agusto Sulistio

Oleh: Agusto Sulistio – Pendiri The Activist Cyber, Mantan Kepala Aksi dan Advokasi PIJAR Semarang.

Sebanyak 1.075 pengungsi Rohingya tiba di Aceh dalam sepekan terakhir, menciptakan kekhawatiran akan gelombang yang lebih besar.

Penulis menyoroti apa yang disampaikan oleh Chris Lewa, pegiat dari Arakan Project, yang dimuat oleh BBC News terkait pengungsi Rohingnya yang terbengkalai. Hal ini menjadi penting untuk diperhatikan oleh karena komitmen Indonesia yang juga merupakan sebagai Ketua ASEAN periode 2023. Selain ini merupakan kewajiban kemanusiaan, jangan sampai Indonesia menjadi perbincangan dunia sebab tidak komitmen dalam soal pengungsi Rohingnya yang kini terbengkalai di Aceh.

Dalam keterangannya Chris Lewa memperingatkan bahwa situasi di kamp pengungsian Rohingya di Bangladesh memburuk, dan konflik di Myanmar semakin intens. Meskipun demikian, upaya ASEAN dalam mengatasi krisis ini dinilai stagnan.

Pegiat kemanusian itu telah memberikan peringatan kepada Indonesia terkait potensi kedatangan pengungsi Rohingya, namun, ketidakjelasan mekanisme penanganan dari pemerintah pusat menimbulkan ketegangan di Aceh. Ratusan pengungsi ditempatkan sementara di tenda yang didirikan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), sementara penanganan yang tidak maksimal disebabkan oleh kebingungan terkait regulasi.

Para pengungsi yang tiba di Aceh membawa cerita pahit, melarikan diri dari kehidupan sulit di kamp pengungsian Cox’s Bazaar, Bangladesh. Namun, resepsi di Aceh tidak sepenuhnya positif, dengan sebagian masyarakat menyuarakan penolakan terhadap kedatangan mereka.
Ketidakjelasan dalam penanganan pengungsi ini juga mencuatkan peran ASEAN dalam menghadapi krisis Rohingya. Chris Lewa menyatakan bahwa upaya ASEAN belum menunjukkan progres, dan kesepakatan regional perlu disusun untuk menangani isu ini. Perwakilan UNHCR, Ann Mayman, menyebutkan pentingnya pemahaman masyarakat lokal terhadap kondisi para pengungsi Rohingya.
Terkait krisis di Myanmar, dengan meningkatnya kompleksitas situasi dan pertikaian antar-kelompok bersenjata, ASEAN dihadapkan pada tantangan besar. Krisis ini juga memunculkan kekhawatiran terhadap beban ekonomi dan sosial yang mungkin ditanggung oleh negara-negara yang menjadi tujuan pengungsi.

Sementara Indonesia selaku Ketua ASEAN tahun ini telah berkomitmen, penyelesaian isu Rohingya harus diintegrasikan dalam penyelesaian krisis politik di Myanmar. Meskipun begitu, prinsip non-intervensi bisa menjadi hambatan dalam usaha untuk mengatasi akar masalah ini.

Dengan kondisi yang semakin rumit dan potensi kedatangan pengungsi yang lebih besar, Indonesia dan negara-negara ASEAN perlu segera menyusun strategi bersama untuk menangani krisis Rohingya secara efektif, memperhatikan aspek kemanusiaan dan perlindungan terhadap pengungsi.

Komitmen Indonesia Sebagai Pemimpin ASEAN 2023.

Pemerintah Indonesia, sebagai pemimpin ASEAN tahun 2023, dihadapkan pada tantangan serius terkait penanganan pengungsi Rohingya yang dapat mempengaruhi citra dan kepercayaan ASEAN di mata dunia. Komitmen Presiden Joko Widodo akan menjadi fokus perbincangan global, dengan potensi dampak negatif jika tidak diiringi oleh tindakan konkrit.

Upaya Indonesia dalam penyelesaian konflik di Myanmar, salah satu isu krusial di kawasan, telah menjadi sorotan. Dalam diskusi mengenai pencapaian Indonesia sebagai ketua ASEAN, Sidharto Suryodipuro menjelaskan tentang “Visi 2045,” sebuah pandangan jauh ke depan yang menggambarkan aspirasi kemerdekaan seluruh Asia Tenggara dari penjajahan.

Meskipun Indonesia mengklaim kemajuan dalam diplomasi untuk penyelesaian konflik di Myanmar, tantangan utama yang dihadapi ASEAN adalah respons terhadap situasi geopolitik yang semakin meruncing. Pendekatan aktif dan produktif terhadap semua negara menjadi sangat penting, dengan menjaga persatuan dan sentralitas ASEAN di tengah keragaman sepuluh negara anggota, ditambah Timor Leste.

Pentingnya mengubah komitmen menjadi tindakan nyata terutama ditekankan terkait upaya membantu rakyat Myanmar. Meskipun pengiriman bantuan kemanusiaan telah diakses, belum ada solusi konkret yang ditemukan, menandakan bahwa upaya diplomasi masih membutuhkan langkah-langkah lebih lanjut.

Indonesia, sebagai pemimpin ASEAN, berada dalam posisi krusial untuk menghadapi dinamika geopolitik yang semakin rumit. Visi 2045 menjadi panggilan untuk mencapai kemerdekaan penuh di kawasan, namun untuk mewujudkannya, ASEAN perlu bersatu dalam menanggapi konflik yang masih meruncing. Keberhasilan kepemimpinan Indonesia di ASEAN 2023 tidak hanya diukur dari visi yang diusung, tetapi juga dari tindakan konkret yang diambil dalam mengatasi tantangan kontemporer yang dihadapi oleh kawasan ini.

Kalibata, Jakarta Selatan, 23 November 2023, 18:45 Wib.