Memanasnya konflik Iran-Israel belum berdampak langsung terhadap pasokan dan harga impor minyak ke Indonesia. Namun, PT Pertamina (Persero) tetap bersiaga. Perusahaan migas milik negara ini menyiapkan langkah mitigasi untuk menjaga ketahanan energi nasional.
Indonesia saat ini masih bergantung pada impor minyak mentah. Karena itu, setiap gejolak geopolitik di kawasan Timur Tengah menjadi perhatian serius. Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, menyampaikan bahwa pasokan masih berjalan normal dan pengawasan terus dilakukan secara ketat.
“Sampai saat ini belum ada gangguan pasokan minyak mentah untuk Pertamina,” ujar Fadjar, Senin (16/6/2025).
Sebagai antisipasi, Pertamina akan menyesuaikan jalur pelayaran kapal-kapalnya jika rute reguler dinilai berisiko. Tindakan ini akan dikoordinasikan oleh dua anak usaha, yaitu PT Pertamina International Shipping dan PT Pertamina Patra Niaga.
“Kalau jalur pelayaran reguler terganggu, maka akan kita alihkan ke rute yang lebih aman,” tambah Fadjar.
Ia juga menekankan bahwa model impor minyak saat ini lebih fleksibel dan tidak lagi terikat kontrak jangka panjang. Ini memungkinkan penyesuaian cepat bila ada gangguan pasokan dari satu wilayah tertentu.
Di sisi pasar global, harga minyak mentah mulai merespons kondisi geopolitik. Menurut data Bloomberg, harga minyak Brent untuk kontrak pengiriman Agustus 2025 naik 2,8% ke US\$76,29 per barel. Sementara minyak WTI untuk kontrak Juli 2025 naik 2,7% ke US\$74,95 per barel.
Kenaikan harga ini dipicu kekhawatiran pasar bahwa konflik Iran-Israel akan meluas ke infrastruktur energi. Tim analis RBC Capital Markets yang dipimpin Helima Croft menyebut bahwa kedua pihak kini menargetkan fasilitas energi lawan. Misalnya, Israel berpotensi menyerang terminal ekspor utama Iran di Pulau Kharg—yang menyumbang 90% ekspor minyak Iran.
Dikhawatirkan, jika konflik kian meluas, Selat Hormuz jalur vital pengiriman minyak dunia ikut terganggu. RBC memperkirakan skenario penutupan selat ini menjadi perhatian serius pelaku pasar global.
“Jika perubahan rezim menjadi agenda utama Israel, Iran mungkin tak lagi mengutamakan kelangsungan pasokan minyaknya,” tulis tim RBC.
Dengan situasi ini, kesiapsiagaan dan fleksibilitas menjadi kunci. Pertamina memastikan seluruh skenario mitigasi berjalan demi menjaga pasokan energi nasional tetap aman, meski dunia tengah dilanda ketegangan.
Sumber: Bloomberg, CNN
Editor: Agusto Sulistio