https://pikiranmerdeka.com

Wujudkan Demokrasi

Kualitas Capres dan Lemahnya Demokrasi Ditengah Ancaman Perubahan Iklim

Nov 23, 2023 #Agusto Sulistio

Oleh: Agusto Sulistio – Pegiat Sosmed, Pendiri The Activist Cyber.

Dalam mengarungi gelombang politik menjelang Pemilihan Presiden, khususnya pada Pilpres 2024, kita sering kali tenggelam dalam dinamika kontroversi dan manuver yang mengitarinya. Tapi apakah kita telah terpaku amat dalam pada pertarungan politik sehingga melupakan ancaman nyata yang mungkin jauh lebih merugikan, yaitu ancaman perubahan iklim?

Pilpres, sebuah ritme demokrasi yang berulang setiap lima tahun, dan telah menjadi kalender rutin politik kita. Namun, dalam kesederhanaannya, kita mungkin melewatkan fakta penting yang patut diperhatikan.

Saat ini, di tengah perdebatan politik antara capres dan cawapres yang semakin jauh dari ide dan gagasan, ada bayang-bayang gelap yang mengintai, yaitu perubahan iklim.

Perbedaan pendapat antara calon presiden dan calon wakil presiden mungkin menarik perhatian akibat lebih kental kontroversial, ketimbang program rencana kerjanya, tetapi dibalik copras-capres terdapat ancaman perubahan iklim yang bukan sekadar perdebatan politik biasa. Ini adalah soal keberlanjutan hidup kita yang terancam.

Jika kita terus terpaku pada retorika politik, kita mungkin akan melewatkan kenyataan bahwa perubahan iklim adalah bahaya “masa depan” yang telah tiba, memakan korban dan menciptakan dampak yang tak terhindarkan.

Melihat lebih jauh dari podium debat dan spanduk kampanye, data empiris menunjukkan bahwa kita sedang menghadapi krisis yang tak terbantahkan.

Suhu global meningkat, pola cuaca menjadi ekstrem, dan bencana alam semakin sering terjadi. Inilah realitas yang tidak bisa diabaikan.

Dalam pandangan ini, kita perlu mengevaluasi apakah agenda politik saat ini cukup memprioritaskan isu perubahan iklim. Kita dapat merenung apakah kepentingan kekuasaan dan pertarungan politik tidak sedang mengalihkan perhatian dari urgensi yang lebih besar ini.

Pertanyaan mendasar yang muncul, apakah kita, sebagai pemilih dan warga negara, dapat memastikan bahwa pemimpin yang kita pilih siap menghadapi tantangan ini?

Secara nyata para capres lebih menampilkan persoalan sentimen kelompok demi meraih kekuasaan.

Terkait perubahan iklim, penulis menyoroti acara peringatan HUT Indonesia Democracy Monitor (Indemo) ke 22, dan peringatan Malari ke 48, tahun 2022. Bahwa dr. Hariman Siregar sebagai pendiri Indemo telah menyoroti persoalan iklim yang dijadikan sebaga thema central dalam HUT tersebut yang bertajuk “Perubahan Iklim dan Keadilan”.

Hariman dengan instingbdan pengalamannya sebagai tokoh aktivis intelektual telah melihat adanya persoalan yang akan kita hadapi terkait perubahan iklim, yang secara fakta memberi efek korban jiwa dan efek lainnya, akibat perubahan struktur alam. Oleh karenanya dalam menghadapinya diperlukan penanganan yang khusus, bukan sekedar sistem, peralatan, namun pemimpin yang kuat dan mampu mengatasi persoalan serta penanganan yang inovatif, cepat dan tepat.

Kembali ke topik persoalan, bahwa kesemuanya bukan hanya dalam retorika, tetapi dengan tindakan nyata dan kebijakan konkret yang mendukung perlindungan lingkungan dan keberlanjutan.

Pilpres bukan hanya sekadar pesta politik lima tahunan; itu adalah momen penentuan arah negara. Di tengah dualitas politik yang terkadang membutakan kita, mari kita tidak lupa bahwa perubahan iklim adalah krisis riil yang harus dihadapi bersama, terlepas dari warna politik yang kita dukung.

Jangan biarkan isu “masa depan” ini tenggelam dalam gemerlap perpolitikan yang sesaat.

Duka di Berbagai Belahan Dunia yang Menghantui Kehidupan

Perubahan iklim bukan lagi sekadar wacana atau isu masa depan; ini adalah krisis global yang telah menelan ratusan ribu korban di berbagai belahan dunia. Data empiris dari laporan Pusat Riset Iklim dan Energi Clean mengungkapkan realitas pahit di beberapa negara.

India: Banjir, Tanah Longsor, dan Gelombang Panas Mematikan

Menurut laporan, India menjadi korban serius perubahan iklim dengan banjir dan tanah longsor yang melanda setiap tahun, menyebabkan ratusan ribu korban jiwa. Peningkatan suhu ekstrem menciptakan gelombang panas yang tidak hanya membahayakan kesehatan tetapi juga merusak sektor pertanian.

Afrika Selatan: Kekeringan yang Mengerikan

Afrika Selatan menghadapi kekeringan parah di beberapa wilayah, mengancam pasokan air dan ketahanan pangan. Krisis ini menciptakan tekanan serius terhadap kehidupan sehari-hari penduduk dan menyoroti urgensi tindakan dalam mengelola sumber daya air.

Amerika Serikat (California): Ancaman Kebakaran Hutan yang Nyata

Negara bagian California di Amerika Serikat terancam oleh kebakaran hutan yang disebabkan oleh peningkatan suhu dan cuaca kering. Ancaman ini tidak hanya merugikan lingkungan, tetapi juga mengancam keamanan dan keberlanjutan wilayah tersebut.

Bangladesh: Banjir yang Merusak dan Mengguncang

Bangladesh sering dilanda banjir, merusak pemukiman dan pertanian, dan mengakibatkan puluhan ribu orang kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian. Negara ini berjuang menghadapi konsekuensi perubahan iklim yang semakin memburuk.

Indonesia: Ancaman Kenaikan Permukaan Air Laut dan Krisis Ekstrem Cuaca

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Indonesia berisiko menghadapi kenaikan permukaan air laut hingga 50 cm pada tahun 2030, mengancam puluhan juta penduduk di daerah pesisir. Frekuensi dan intensitas cuaca ekstrem, seperti banjir dan tanah longsor, meningkat, sementara daerah-daerah seperti Nusa Tenggara dan Timor Timur berpotensi mengalami kekeringan serius.

Hutan Indonesia: Paru-paru Dunia dalam Ancaman

Hutan-hutan Indonesia, yang dijuluki sebagai paru-paru dunia, menghadapi tekanan serius dari perubahan iklim dan aktivitas manusia. Ancaman ini mengancam keberlanjutan biodiversitas, memperingatkan kita akan konsekuensi yang lebih luas jika tindakan tidak diambil dengan cepat.

Data ini adalah panggilan keras untuk tindakan. Perubahan iklim bukan lagi sesuatu yang akan datang di masa depan; itu adalah krisis yang tengah berlangsung dengan dampak nyata. Indonesia, dengan kekayaan alamnya, memegang tanggung jawab untuk mengambil langkah-langkah tegas, melindungi masyarakatnya, dan berkontribusi dalam upaya global untuk mengatasi perubahan iklim.

Kalibata, Jakarta Selatan, 22 November 2023, 20 : 09 Wib.