Photo: Alm Letda Inf. Oktavianus, Istri dan Letda inf. Viky Ongen (Putra Alm letda inf oktovianus).
Penulis: Agusto Sulistio
Letda Inf Oktovianus Sogalrey, seorang Danramil di wilayah Aradide, Kabupaten Paniai, Papua Tengah, tewas dalam serangan yang dilancarkan oleh anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM). Pj Gubernur Papua Tengah, Ribka Haluk, mengungkapkan rasa terima kasih dan penghargaannya atas dedikasi serta pengabdian yang telah ditunjukkan oleh almarhum selama bertugas. Ribka juga menyampaikan duka yang mendalam atas kepergian Letda Oktovianus, yang dirasakan tidak hanya oleh keluarga, tetapi juga oleh masyarakat yang pernah dilayani olehnya.
Letda Oktovianus ditemukan tewas pada Kamis (11/4) pagi di Distrik Eladide, Kabupaten Paniai, Papua Tengah. TNI-Polri saat ini sedang melakukan pencarian terhadap pelaku penembakan. Sejauh ini, kelompok OPM Paniai yang dipimpin oleh Matias Gobay diduga sebagai pelaku di balik serangan tersebut.
Kapuspen TNI Mayjen TNI Nugraha Gumilar mengecam keras aksi penembakan oleh gerombolan OPM secara keji. Pasca-ditembak, dalam keadaan tak berdaya kemudian Alm. Letda Oktavianus diparang pada bagian kepala dan tangan. Menurutnya, perbuatan tersebut merupakan pelanggaran HAM berat dan merusak upaya perdamaian yang tengah diupayakan di Papua.
Letda Inf Oktovianus Solgalrey, meninggalkan warisan keberanian dan jiwa prajurit ksatria. Kepergiannya meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga, rekan-rekan, dan bangsa Indonesia.
Sejarah Gerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM)
Gerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM) memiliki akar sejarah yang panjang. Setelah Papua menjadi bagian dari Indonesia pada tahun 1969, sebagian masyarakat Papua, terutama di wilayah pegunungan, menolak penggabungan dengan Indonesia. Mereka membentuk gerakan untuk memperjuangkan kemerdekaan Papua dari Indonesia. OPM secara resmi didirikan pada 1 Desember 1963, dengan tujuan utama mencapai kemerdekaan politik bagi Papua.
Reaksi Panglima TNI dan MPR Terhadap OPM
Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto angkat bicara soal pihaknya yang kini menyebut kelompok bersenjata di Papua dengan nama Organisasi Papua Merdeka atau OPM. Jenderal Agus menegaskan pihaknya mengganti istilah kelompok tersebut lantaran tidak boleh ada negara di dalam suatu negara. Panglima TNI akan menindak tegas atas tindakan yang dilakukan oleh OPM. Dengan tegas Panglima katakan Tidak ada negara dalam suatu negara.
Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang Soesatyo mendukung langkah Panglima TNI dalam melakukan tindakan tegas untuk memberantas Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang sebelumnya disebut Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). “Tidak boleh ada lagi toleransi terhadap para kelompok separatis, teroris ataupun OPM untuk meneror serta melakukan aksi kejahatan hingga menimbulkan korban jiwa,” kata Bamsoet.
Bamsoet menilai aksi OPM sangat membahayakan karena kerap menyerang warga Papua dari mulai masyarakat sipil, guru, tenaga kesehatan bahkan hingga aparat TNI dan Polri. Dia mendukung tindakan tegas aparat demi melindungi masyarakat Papua.
Warisan Kepahlawanan
Dikenal sebagai sosok yang berintegritas dan berdedikasi, Letda Inf Oktovianus Solgalrey menegakkan keadilan dan keamanan di wilayah yang dipercayakan kepadanya. Sebagai seorang ayah dari Letda Inf Viky Ongen, dedikasi Solgalrey terhadap tugasnya mencerminkan semangat kepahlawanan yang menginspirasi.
Komitmen TNI dan Respon Terhadap Konflik.
Kehadiran Solgalrey di tengah-tengah konflik di Papua merupakan cerminan dari komitmen TNI dalam menjaga kedaulatan dan keutuhan negara. Meskipun risiko dan bahaya selalu mengintai, Solgalrey dan para prajurit lainnya tetap bertekad untuk melindungi rakyat dan negara.
Kepergian Solgalrey bukanlah akhir dari perjuangan, tetapi menjadi titik awal bagi kita semua untuk menghargai pengorbanan dan dedikasi para pahlawan seperti Alm Letda Oktovianus. Semangat dan warisan keberanian Oktavianus Solgalrey akan terus menginspirasi generasi-generasi masa depan untuk meneruskan perjuangan demi keadilan dan keutuhan bangsa dan Negara Indonesia.