https://pikiranmerdeka.com

Wujudkan Demokrasi

Megawati memiliki kekuatan peta politik untuk Impeach Jokowi dari kursi RI.1

Nov 4, 2023 #Eggi Sudjana

Catatan Penting Akhir Tahun dan Harapan

Oleh: Prof Dr. H. Eggi Sudjana SH. M.Si – Ketua TPUA/ Tim Pembela Ulama & Aktivis

Jujur, nama besar Megawati selaku Ketum PDIP semakin masyhur di mata para politisi, sekalipun partai – partai yang kontroversial platform politiknya terhadap PDIP.

Perspektif ini cukup objektif dari kacamata perpolitikan tanah air, karena realitas, dari sisi perolehan kursi PDIP di legislatif yang mayoritas, nyata Megawati juga berhasil mengusung Jokowi menjadi presiden dua periode ( 2014 – 2019 dan 2019 – 2024 ).

Dan kebesaran nama Mega semakin besar ketika dirinya, sengaja menghapus nama Puan, walau anak biologisnya sendiri dari daftar nama Bakal Capres dari PDIP. Karena secara AD. ART dan latarbelakang figur seorang Mega, jika dirinya mau, Puan diyakini akan menjadi capres di pilpres 2024 oleh sebab pengurus dan senioren serta seluruh politisi DPP. PDIP mutlak, loyalitas total kepada Mega, Sang Ketum.PDIP.

Kebesaran Mega, dihadapan internal maupun eksternal partai, dan umumnya umat bangsa ini, dirinya sangat spektakuler, peristiwa ini nampak teruji, ketika kepribadiannya serius menjalankan teori dan praktik yang berhubungan dengan role model terkait kepatuhan WNI untuk berkewajiban melaksanakan sistim konstitusi di negara ini terkait Pemilu Presiden, terbukti Mega secara tegas mematahkan atau menyumbat ( barrier ) libido politik Jokowi untuk menjadi presiden 3 periode, baik penolakan oleh sebab inkonstitusional maupun kedewasaan politik kebangsaan dari seorang Megawati sang tokoh nasional.

Namun, saat ini amat disesalkan oeh publik mengapa pribadi Megawati yang begitu fondasional kekuatan politiknya, baik di internal partai, maupun pemerintahan saat ini, justru melempem, tak berkutik ketika Jokowi, dengan sengaja mendudukkan anaknya dengan cara melakukan konspirasi politik dan kekuasaan yang dimilikinya, melakukan pembangkangan kepada Mega dan PDIP ? Melalui pola, Jokowi sang petugas partai menjadikan anaknya sebagai wacapres dari Prabowo ? Melalui rekayasa, individu – individu Hakim di Mahkamah Konstitusi ( Anwar Usman Cs. ) Gibran Rakabuming Raka Bin Joko Widodo diusung oleh partai Golkar, lalu Gibran melaju tanpa hambatan menjadi Cawapres dari Prabowo Subianto, sementara Mega sendiri sejak “dini hari”, sudah menetapkan pilihan partainya untuk Ganjar Pranowo sebagai Capres 2024.

Sejatinya, Mega diharapkan oleh bangsa ini, termasuk lintas partai, ideal untuk dapat bertindak tegas melalui Surat Resmi Pemecatan kepada Jokowi dari keanggotaan PDIP. Implikasinya secara historis hukum, nama Mega akan semakin harum, dengan makna positif dihadapan mayoritas bangsa ini kedepan, jika saja sosok Mega yang menjadi motor politik meng-impeach Jokowi dari singgasana kekuasaannya dari kursi RI. 1, hal impeach kepada Jokowi yang dimotori Megawati amat sangat dimungkinkan, oleh sebab begitu banyaknya pelanggaran konstitusi dan diskrimanatif hukum yang Jokowi lakukan, termasuk data empirik puluhan kebohongan Jokowi terhadap janji – janji politiknya namun nir fakta.

Oleh karenanya, melalui kursi – kursi PDIP di DPR RI yang terbanyak yang nyaris mencapai perolehen 128 kursi ( electoral threshold ) dan tercatat memiliki 20 % Presidential Threshold. Maka diyakini Mega akan mendapatkan dukungan dari berbagai lintas partai dan mayoritas bangsa ini, dan Mega akan dicintai oleh kelompok lain diluar simpatisannya “wong cilik “, serta dari sisi politis justru menjadi faktor susksesnya pendulangan suara menghadapi kontestan pilpres 2024 maupun pileg, lalu pemilu pilkada, partai PDIP akan semakin berjaya. Serta bisa jadi ” jalan impeachment ” atau pemakzulan Jokowi dari jabatannya selaku Presiden RI. akan menjadikan ” perbedaan krusial dari beberapa kelompok yang berbeda pandangan politik kepada sosok ibu bangsa ini”, insya Allah akan menurunkan eskalasi politik akibat perbedaan politik, kemudian mencair, mulai dari hulu sampai ke hilir, jika menggunakan perspektif logika berpikir secara normal dari faktor eksistensi leadership Jokowi selama kepemimpinannya yang nampak abnormal.

Perspektif logika politik ini akan diterima oleh semua pihak, cukup menggunakan parameter berpikir yang sederhana, jujur, benar dan adil, lalu komparatif dengan faktor eksistensi leadership Jokowi selama ini secara objektif dan jernih, maka akan tranparan, khususnya dari sudut pandang fenomena sosiologis dan geologi politik kontemporer di tanah air, untuk menuju bangsa yang sejahtera menuju keadilan sosial dibawah kepimpinan Jokowi akan jauh panggang dari api.

Buah pikir dari narasi ini akan sinkron jika dihubungkan keputusan Megawati, yang diharapkan ketegasannya selaku Muslimah untuk berlaku tunduk atau konsisten terhadap Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala :

وَكَذٰلِكَ جَعَلْنَا فِيْ كُلِّ قَرْيَةٍ اَكٰبِرَ مُجْرِمِيْهَا لِيَمْكُرُوْا فِيْهَا ۗ وَمَا يَمْكُرُوْنَ اِلَّا بِاَ نْفُسِهِمْ وَمَا يَشْعُرُوْنَ
wa kazaalika ja’alnaa fii kulli qoryatin akaabiro mujrimiihaa liyamkuruu fiihaa, wa maa yamkuruuna illaa bi-angfusihim wa maa yasy’uruun

“Dan demikianlah pada setiap negeri Kami jadikan pembesar-pembesar yang jahat agar melakukan tipu daya di negeri itu. Tapi mereka hanya menipu diri sendiri tanpa menyadarinya.”
(QS. Al-An’am 6: Ayat 123) .

Semoga Megawati yang muslimah berkenan mendasari fikiran nya terhadap Ayat Quran tersebut dan segera impeachment Jkw krn sdh jelas tipu muslihat nya .

(Agt/PM)

Berita Video, Prof. Eggi laporkan Hakim Ketua MK atas dugaan Pidana.