Oleh: Agusto Sulistio – Pegiat Sosmed
Tantangan Indonesia kedepan akan jauh lebih pelik dan rumit. Kalimat ini disampaikan oleh Presiden RI Ir. Joko Widodo, dalam suatu wawancara khusus dengan media nasional.
Jika menelisik makna dan arah kalimat itu, bahwa Presiden memahami betul apa yang akan dihadapi oleh pemimpin Indonesia selanjutnya, setelah Presiden Jokowi habis masa jabatannya.
Ada dua hal pandangan yang dapat disimpulkan dari kalimat yang dilontarkan oleh orang nomer satu di Indonesia.
Pertama, Jokowi dalam fikiran alam sadarya menyadari bahwa setelah masa jabatannya berakhir konstitusi tidak mengatur adanya presiden tiga periode.
Kedua, Jokowi menyadari sulitnya mengatur dalam negerinya ditengah keadaan dunia yang sedang alami krisis, setelah dilanda pandemi dunia yakni covid-19, perang Rusia Ukraina, dan berbagai hal lainnya.
Jika menggaris bawahi dua kesimpulan itu, maka jelas Jokowi terkait Pilpres memiiki harapan akan munculnya pemimpin Indonesia yang mampu hadapi tantangan dalam negeri dan internasional, setelah dia tak lagi menjabat sebagai presiden.
Namun jika kita kaitkan dengan berbagai wacana Jokowi Presiden tiga periode yang viral dan telah disampaikan oleh beberapa pimpinan parpol, tentu kontradiktif dengan pernyataan Jokowi tersebut.
Apapun itu, kita harus tetap berpegang pada konstitusi negara kita, bahwa tidak ada aturan yang membolehkan jabatan presiden hingga tiga periode.
Kita harus terus mengontrol jalannya kekuasaan, meski Jokowi secara tidak langsung dalam pidatonya memberi sinyal soal kreteria presiden selanjutnya. Pidato Jokowi itu bukan UU, namun ucapanya dapat diartikan sebagai pesan moral yang terikat komitmen, sebab dalam dirinya melekat jabatan kepala negara.
Kemudian usai pidato itu, Jokowi menyampaikan kreteria presiden kedepan, mengutip wawancara kompas.id dengan Jokowi, Sabtu (5/11/2022).
Bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai calon presiden serta calon wakil presiden (Capres-Cawapres) pada 2024 mendatang membutuhkan kandidat yang menguasai persoalan ekonomi makro dan mikro.
Jokowi pun menilai, bahwa kriteria lain yang sebaiknya dipenuhi oleh Capres-Cawapres 2024 mendatang adalah mahir dalam mencerna data serta melakukan eksekusi kebijakan di lapangan.
Kreteria itu sangatlah tepat dan telah sesuai dengan situasi dan kondisi saat ini. Terlepas dari segala kekurangan Jokowi sebagai kepala negara.
Maka kemudian kita sebagai elemen bangsa harus mendukung pandangan Presiden yersebut, dan kemudian mendorong agar harapan positif itu terealisasi.
Agar harapan itu tak sekedar lips service atau omdo (omong doang), maka presiden harus mendukung berbagai kebijakan pemilu yang menghambat kreterianya. Seperti misal aturan Presidential Threshold (PT) yang masih menerapkan ambang batas 20%, yang secara nyata telah melahirkan pemimpin transaksional, tersandera oleh kompromi2 politik akibat adanya aturan PT yang mendoronga terbentuknya koalisi partai.
Jika penulis gunakan pikiran positif, maka sejatinya dari pernyataan Jokowi soal kreteria tersebut, dirinya secara tidak langsung menyadari dirinya adalah produk dari PT 20%. Tentu Jokowi pun pasti merasakan konsekwensi dari kompromi2 yang mempengaruhi berbagai kebijakannya selama ini.
Jika demikian, maka perlu ada kesadaran baru untuk segera melakukan perubahan sistem pemilu dan pilpres. Tentu untuk mewujudkan harapan Jokowi terkait kreteria capres, perlu segera dukungan konkrit presiden dengan menyetujui PT 0%, agar tak dikatakan sekedar wacana yang berujung pada pencitraan.
Untuk merujuk pada semangat perubahan itu, Jokowi harus menghentikan wacana terkait Presiden tiga periode. Segera mewujudkan kreteria capres cawapres yang disampaikan olehnya tanpa intervensi mengenai kreteria capres, dan tidak lagi mempopulerkan capres2 pilihannya Jokowi, yang telah nyata muncul dan dideklarasikan melalui parpol jalur PT 20%.
Disamping menyelesaikan program nasional, Jokowi harus mulai mengkampanyekan gagasan kreteria pemimpin kedepan itu, tanpa harus mencampuri lebih dalam, semata untuk kebaikan bangsa dan negara.
Penulis sangat yakin, bahwa Presiden mengetahui siapa sosok pemimpin kedepan yang dimaksud. Tentu kita pun bisa meraba sosok memahami, memiliki kemampuan, pengalaman di bidang ekonomi, pastinya dia bukan capres yang selama ini dielu-elukan oleh sebagian kecil kelompok.