Foto: Dr. Rizal Ramli (ist/RR)
Oleh: Tulus Sugiharto.
Pikiranmerdeka.com – Salah satu hal kebiasaan Bung Rizal Ramli (RR) jika bertemu dengan orang yang dekat dengannya adalah memberi komentar perut yang buncit.
Katanya “wah kebanyakan kerja tapi sambil makan snack ya“ biasanya yang “ditegur“ mengiyakan.
Bung RR kemudian cerita, dulu saya waktu jadi Menko Gus Dur lumayan gemuk juga, soalnya banyak rapat sambil makan gorengan. Poinnya si Bung memperhatikan kawan, bukan ingin menyindir orang lain. Sebab kalau makan di rumah Bung RR tentu makannya enak atau enak sekali, jadi memang agak sulit diet jika sudah makan di rumahnya. Belum lagi habis makan, maka ada es krim, buah-buahan ( kalau musim seperti duren) atau makan kecil lainnya.
Soal memperhatikan orang yang kita kenal, mungkin sudah biasa, tapi bagaimana jika memperhatikan bahkan memikirkan nasib rakyat banyak ?
Jika pernah jadi Kepala Bulog, Menteri Keuangan, Menko Perekonomian dan Menko Maritim seharusnya yang dilakukan oleh Bung RR adalah berbisnis. Punya ide cemerlang, mampu melihat peluang dan punya banyak koneksi, tapi kenapa tidak berbisnis dan malah berpikir mengkritisi kebijakan-kebijakan yang tidak pro pada rakyat ?
Soal BBM naik dia persoalkan, tarif listrik mau naik, dia berikan alternatif agar tidak naik, UU Cipta kerja itu apalagi dia ngomong dimana-mana, soal korupsi, soal kebijakan keuangan, apalagi soal utang luar negeri dll, selalu dia kritisi. Hasilnya ? Response (biasanya dari BuzzerRp) mengkritiknya dengan kata-kata yang buruk, tetapi lebih banyak juga yang menganggapnya sebagai opinion leader yang out of the box, sebagai orang yang berani untuk mengungkapkan kebenaran.
Hidup yang sulit di masa kecil, ditinggal orang tua, harus hidup kuliah sambil kerja menjadi penerjemah bahasa Inggris dan mandor, dijalani Bung RR. Harusnya dekat masa akhir kuliahnya dia cepat-cepat lulus dari ITB, tapi malah terlibat demonstrasi mahasiswa tahun 1978, padahal saat itu posisi Pak Harto sangatlah kuat. Bukannya lulus malah kemudian mendekam selama 1,5 tahun di penjara militer dan Sukamiskin.
Sempat kuliah di Boston, Amerika Serikat, setelah lulus bukannya kerja di Multinational Corporation (MNC) atau perusahaan besar, tapi malah mendirikan Econit yang kerjanya melakun evaluasi dan menjadi pembanding atas kebijakan pemerintahan Pak Harto.
Bung RR sempat ditertawakan karena memprediksi ekonomi Indonesia akan mengalami krisis Oktober 1996, tapi kemudian terbukti benar, ekonomi Indonesia mengalami krisis besar 1997-1998 dan menjadi salah satu penyebab penting jatuhnya pemerintahan Pak Harto.
Apakah bung RR dendam pada Pak Harto ? Tidak juga, sebuah tweet 5 Maret 2022 isinya: “Saya di penjara Pak Harto 1,5 tahun di penjara Militer & Sukamiskin, oposisi thd sistem Otoriter Pak Harto. Tapi tetap mengakui jasa Pak Harto pada Serangan Umum 1 Maret. Mas @mohmahfudmd kok segitunya sih, sampai ngapusi jasa Pak Harto. Ngono ya ngono, ning ojo ngono ????”
Jadi yang sejak dulu dikritiknya adalah kebijakan yang dibuat orang tersebut, bukan benci secara pribadi pada orangnya.
Sejak muda Bung RR mendedikasikan dirinya untuk memikirkan orang banyak, bukan dirinya, sekedar keluarganya atau kelompok orang yang dikenalnya. Tapi memberikan apa yang dia tahu dan pikirkan untuk kepentingan orang banyak.
Salah satu tokoh yang dikagumi Bung RR adalah Jose Mujica. Di Netflix tahun 2018, ada film judulnya “El Pepe, A Supreme Life”, bercerita mengenai mantan Presiden Uruguay, Jose “Pepe“ Mujica, seorang Presiden yang dianggap termiskin di dunia. Selama masa mudanya Mujica menjadi seorang oposan pemerintah dan bahkan sempat 14 tahun mendekam di penjara. Saat menjadi Presiden di usianya yang ke 75 di tahun 2010 – 2015 , ia mendonasikan 90 persen gajinya ke badan amal, bahkan menolak tinggal di istana Presiden dan menetap di pertanian sederhana diluar kota Montevideo. Mobil dinasnya sebuah VW Kodok.
“Saya disebut ‘presiden termiskin’, tapi saya tidak merasa miskin. Orang miskin adalah mereka yang hanya bekerja untuk mempertahankan gaya hidup yang mahal, dan selalu menginginkan lebih dan lebih,” katanya. – (Suara.com 28 / 12 / 2022)
Menjadi pemimpin itu, memberikan hidupnya untuk rakyat.
Sama seperti Mujica, Bung RR juga tahu persis arti hidupnya: “Giving is the best communication“ memberi dirinya untuk kepentingan rakyat adalah komunikasi terbaik untuk menjadi pemimpin. The best givingnya real, bukan di Tiktok ….
Tulisan ini pernah ditayangkan oleh Suara.com dengan judul yang sama.
(Agt/PM)