https://pikiranmerdeka.com

Wujudkan Demokrasi

Peringatan Hari PPOK Se-Dunia, PDPI Gelar Webinar Awam Tentang PPOK

Jakarta – Dalam rangka Peringatan Hari Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Sedunia tanggal 15 November 2023, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menggelar kegiatan Konferensi Pers secara virtual (daring) dan Webinar Awam tentang PPOK yang diselenggarakan pada Rabu, 15 November 2023

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit yang dapat dicegah dan diobati yang menyebabkan sesak napas, batuk kronis, dan berdahak. PPOK sangat lazim terjadi pada populasi umum dan saat ini merupakan salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia, diperkirakan tiga juta orang di seluruh dunia meninggal setiap tahun karena PPOK.

Dr. Budhi Antariksa, PhD, Sp.P(K)., Ketua Pokja Bidang Asma & PPOK dalam paparan webinarnya mengatakan, jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat karena populasi dunia yang semakin menua dan terus terpajan oleh faktor risiko.

“Pajanan terhadap asap rokok dan partikel serta gas beracun yang dihirup merupakan faktor risiko utama PPOK, meskipun penelitian terbaru menunjukkan bahwa PPOK disebabkan oleh kombinasi faktor risiko genetik dan lingkungan,” sebut Dr. Budhi.

Perkembangan yang signifikan pada PPOK ini menunjukkan pentingnya mempertimbangkan kesehatan paru sejak masa pertumbuhan hingga dewasa.

Hari PPOK Sedunia adalah inisiatif global tahunan yang dijalankan oleh Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD), yang merupakan anggota dari Forum of International Respiratory Societies (FIRS).

Tujuan Hari PPOK Sedunia adalah untuk meningkatkan kesadaran dan menyajikan pengetahuan baru serta strategi terapi baru untuk PPOK di seluruh dunia. Hari PPOK Sedunia yang ke-22 akan berlangsung pada tanggal 15 November 2023.

Tema tahun ini, “Bernapas adalah Kehidupan – Bertindaklah Lebih Awal” bertujuan untuk menyoroti pentingnya peristiwa kehidupan awal pada kesehatan paru, serta diagnosis dini dan intervensi dini.

Menjaga kesehatan paru merupakan bagian integral dari kesehatan dan kesejahteraan di masa depan – sekarang lebih penting dari sebelumnya untuk
bertindak lebih cepat!

“Kita sekarang tahu bahwa ada banyak faktor lain selain merokok tembakau yang dapat berkontribusi pada PPOK dan bahwa PPOK sudah dapat dimulai berproses sejak dini dan bahkan mempengaruhi individu muda,” ujar Dr. Budhi.

“Selain itu, sekarang perlu untuk mengidentifikasi kondisi prekursor yang dapat memberikan peluang baru untuk diagnosis dini dan pengobatan yang cepat,” imbuhnya.

Kampanye ini akan berfokus untuk menyoroti pentingnya kesehatan paru sejak dini dan bagaimana kita dapat memperluas cakrawala pencegahan dan pengobatan PPOK dengan bertindak lebih awal.

Hal ini dapat mencakup pencegahan faktor risiko dini, memantau kesehatan paru sejak lahir, mendiagnosis PPOK pada kondisi prekursor, dan memberikan pengobatan dengan segera.

Inisiatif untuk mengurangi beban PPOK terjadi di seluruh dunia, termasuk program penghentian merokok, memerangi polusi udara di dalam dan di luar ruangan, serta memeriksa faktor-faktor yang tidak menguntungkan pada masa kanak-kanak.

Meskipun saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan PPOK, tindakan untuk mencegah dan meningkatkan kualitas hidup dapat dilakukan di mana saja oleh pemerintah maupun berbagai individu dalam berbagai jenis lingkungan.

Pengusaha dapat mengupayakan lingkungan yang aman untuk bernapas, masyarakat dapat menjadi penjaga kebersihan udara yang baik, dan pasien serta keluarga dapat membantu mengadvokasi lebih banyak penelitian dan akses yang lebih baik ke perawatan, termasuk obat-obatan esensial, pemeriksaan fungsi paru rutin (“pemeriksaan paru”), dan perawatan lain seperti akses kesehatan jarak jauh untuk pasien di tempat terpencil.

Selain itu, “pemerintah sebagai penyedia layanan dan pembuat kebijakan dapat saling bekerja sama untuk meningkatkan akses terhadap proses diagnostik PPOK, yakni penyediaan spirometri dan mengadvokasi penggunaannya sebagai penanda kesehatan secara umum di semua tahap kehidupan, yang penting tidak hanya untuk diagnosis penyakit pernapasan tetapi juga sebagai penanda kesehatan secara umum,” pungkas Dr. Budhi Antariksa, PhD, Sp.P(K). (Amhar)