Perspektif Bang RR, Tragedi Gwangju : Merdeka dari Korupsi

Agu 16, 2023 #Rizal Ramli

Tulus Sugiharto
16 Agustus 2023

Dear Native Digital, jika loe penggemar drakor mungkin ada beberapa nama kota atau spot di Korea Selatan (Korea) yang cukup loe kenal. Busan ? Jeju ? Itaewon ? Gangnam ? Nami Island ? Taebaek City ? Atau mungkin loe percaya ada desa yang bener-bener ada seperti drakor Hometown cha-cha-cha ? Pokoknya banyak spot atau lokasi Kota yang dijadikan sebagai latar pembuatan drakor.

Tapi loe tau ngak sih ada satu kota, Gwangju namanya, jaraknya 267 Km dari Seoul. Kota ini pernah jadi icon film Korea juga, tapi memang bukan drakor romantis.

Nama Gwangju, ini dikenal dunia sebagai pergerakan mahasiswa Korea Selatan, menentang diktator regim Chun Doo-hwan. Jadi sejak berakhirnya perang Korea 1950 -1953, Korea Selatan itu jatuh ketangan junta militer, termasuk si Chun ini. Brigjen Chun mendalangi kudeta militer 12 Desember 1979, kemudian jadi diktator militer, dan mengumumkan darurat militer, dan mendirikan sebuah kamp konsentrasi untuk “ pendidikan penyucian“, alasannya agar bebas dari komunis.

Regim Chun ditentang oleh gerakan mahasiswa Universitas Nasional Chonnam di Gwangju dan kemudian didukung oleh masyarakat. Tapi kemudian demonstrasi ini dihantam habis. Mengerikan, versi resmi pemerintah waktu itu korban tewas“ Cuma “165″ orang tapi laporan independen memperkirakan jumlah korban meninggal bisa mencapai 2300 jiwa.

Kejadian pembantaian itu nyaris luput dari perhatian, sebab seluruh jalur Gwangju di isolir sehingga nyaris tidak diketahui oleh rakyat Korea apalagi dunia.

Tragedi ini bocor karena seorang wartawan Jerman, Jürgen Hinzpeter, yang masuk dari Tokyo ke Seoul dan menyamar sebagai seorang misionaris. Dari Seoul dia menyewa sebuah taxi untuk masuk secara diam-diam dan merekam semua kejadian mengerikan itu. Gambar dan berita Hinzpeter ini kemudian berhasil ditonton oleh masyarakat dunia.

Museum Gwangju dibuat, didedikasikan untuk pemberontakan dan penetapan 18 Mei sebagai hari peringatan nasional memperingati Pemberontakan Gwangju dalam perkembangan demokrasi di Korea. Mulai saat itulah, gerakan demokrasi di Korea berjalan hingga sekarang.

Dear native digital, true story Jurgen Hinzpeter dan seorang pengemudi Taxi bernama Kim Sa Bok kemudian dibuat jadi sebuah film di Netflix judulnya Taxi Driver.

Meski kemudian Korea masuk ke era demokrasi tapi belum diikuti oleh pemerintah yang bersih dari korupsi. Pertama ya si Chun Do Dwan yang penjara karena tragedi Gwangju tapi dia juga terbukti menggelapkan dana negara lebih dari 3 triliun. Kedua, penganti si Cun, Presiden Roh Tae-woo juga dipenjara akibat dugaan korupsi sekitar 4 triliun yang diterimanya dari para pengusaha. Kemudian, ketiga, Presiden Roh Moo- Hyun juga diduga korupsi hingga 82 triliun, tapi sebelum diadili Roh Moo- Hyun bunuh diri pada Mei 2009 dengan terjun dari bukit di belakang rumahnya. Terakhir atau keempat, adalah Presiden perempuan, Park Geun-hye, saat ini dia mendekam di penjara di Seoul setelah dia dimakzulkan pada 2017. Dia terlibat korupsi, dengan dakwaan menerima suap dan menyalahgunakan kekuasaan.

Jadi pasca demokrasi Gwangju, sudah ada 4 Presiden Korea yang dijatuhi hukuman penjara karena korupsi.

Belakangan ini, kata Bang Rizal Ramli (RR) Korsel menjadi negara maju secara ekonomi dan para pejabatnya dipaksa bersih, bebas dari korupsi dan hanya berpikir untuk kepentingan rakyat. Peran penegak hukum seperti Jaksa, Hakim itu kuat, kemudian ada juga namanya Komisi Antikorupsi dan Hak Sipil Korea (ACRC) menjadi motor penggerak anti korupsi.

Kalau loe mau ngintip dikit soal kuasa politik, korupsi kemudian berhadapan dengan anak millenial penegak hukum, mungkin loe bisa nonton drakor Chief of Staff di Netflix.

Btw, KPK dan ACRC tahun 2022 lalu kembali meningkatkan kerjasama mereka. Kerjasama ini bagus banget buat KPK. Mereka bisa belajar bagaimana ketegasan penegak hukum di Korea pada pejabat negara yang korupsi, bahkah sekelas Presiden bisa mereka penjarakan.

Bung RR itu salah satu pendorong utama reformasi politik 1998, itu sudah 25 tahun lalu. Apakah dimatanya korupsi turun ? Apakah sudah merdeka dari korupsi ? Katanya di sebuah media nasional “ Indonesia tidak pernah (gw ulangi, tidak pernah) kompetitif karena biaya birokrasinya 15-20% dari total cost. Kalau kita hapus KKN, korupsi, industri Indonesia competitive, banyak dari Jepang, dari Korea Selatan ke sini.

Ayo pendorong dan penggerak 98, Native Digital temani bang RR mampir ke KPK. Kalau Korea dari demokrasi sudah bergerak membersih dari korupsi, lalu kita ? Jauhkan tragedi Gwangju terjadi disini, tapi terus tegakkan demokrasi dan merdeka dari korupsi. Merdeka, merdeka, merdeka dari korupsi. ***