Penulis: Agusto Sulistio (dari berbagai sumber).
Kemenangan Prabowo Subianto dalam quick count dan real count pemilihan presiden Indonesia terus memikat perhatian media asing, khususnya Associated Press (AP) dari Amerika Serikat.
Dalam artikel berjudul “How Will Prabowo Subianto, An Ex-general Who’s Never Held Elective Office, Lead Indonesia?” yang terbit pada Selasa (20/2/2024), AP mencermati rencana Prabowo untuk memimpin, mempertimbangkan janji kampanye dan kelanjutan dari presiden sebelumnya.
Prabowo, yang akan memimpin negara kepulauan yang besar dan beragam, dengan ekonomi yang berkembang pesat, dihadapkan pada tantangan ekonomi global dan ketegangan regional di Asia, terutama persaingan AS-China.
Janji Prabowo untuk melanjutkan modernisasi dan fokus pada pertumbuhan ekonomi melalui infrastruktur dan pengelolaan sumber daya berkelanjutan menjadi sorotan. Kebijakan warisan Jokowi, seperti pengolahan nikel di pabrik lokal, serta dukungan terhadap proyek ibu kota baru di Kalimantan, menjadi poin-poin penting yang diangkat oleh AP.
Sejarah Prabowo sebagai rival Jokowi, yang kemudian diundang menjadi menteri pertahanan, memberikan dimensi politik yang menarik. Latar belakang dan kepribadian Prabowo yang berbeda dengan pendahulunya juga menjadi sorotan.
Meskipun masih ada ketidakpastian mengenai respons Prabowo terhadap perbedaan politik, protes jalanan, dan kritik media, saat ini tampaknya mendapat dukungan luas dengan hasil pemilihan tiga arah yang menunjukkan lebih dari 55% suara.
Namun, keprihatinan dari sejumlah aktivis masih terasa, terutama terkait masa lalu Prabowo dalam militer dan tuduhan pelanggaran hak asasi manusia. Amnesty International mengingatkan bahwa tantangan masa depan bisa menjadi ujian yang serius. Selain itu civil society cenderung mempertanyakan keseriusan dan keberanian Prabowo dalam menegakkan keadilan rule of law bagi para koruptor. Terutama penanganan soal politik dinasti Jokowi yang telah terbukti nyata dan terasa dampaknya pada berbagai sektor dan menyulitkan hidup rakyat. Dugaan skeptis ini disebabkan proses Pilpres 2024 Prabowo yang banyak didukung oleh kekuasaan Jokowi melalui anaknya Gibran Rakabuming Raka yang juga menjadi Calon Wakil Presiden Prabowo.
Penegakkan Rule of Law kelak akan menjadi tantangan krusial bagi Prabowo disamping soal perbaikan ekonomi, ditengah harapan rakyat akan terjadinya perubahan besar dibawah pemerintahan Prabowo. Namun sebaliknya tantangan ini akan menjadi preseden buruk bagi Prabowo sebagai Presiden jika penegakkan hukum bagi mereka yang dianggap layak ditindak oleh mayoritas rakyat tidak direalisasikan dalam kurun waktu tertentu. Hal ini dapat memberikan jalan mulus bagi wakil presiden, Gibran Rakabuming Raka menuju pucuk kursi kekuasaan akibat tuntutan perbaikan dari rakyat tidak terpenuhi oleh Prabowo. Hal ini dapat pula membuka spekulasi opini kalangan tertentu terkait sejarah masa lalu antara Presiden Soekarno dan Begawan Ekonomi Nasional, Prof. Soemitro Djojohadikusumo.
Dalam konteks kebijakan luar negeri, Prabowo diperkirakan akan melanjutkan pendekatan penyeimbangan dengan menjaga hubungan baik dengan Beijing dan Washington. Ini mencerminkan kompleksitas diplomasi Indonesia, yang memperkuat kerja sama ekonomi dengan China sambil meningkatkan kemitraan pertahanan dengan Amerika Serikat.
Seiring Prabowo memasuki masa kepemimpinan, perjalanan politik Indonesia selanjutnya akan menjadi sorotan dunia, dengan harapan penanganan yang bijaksana terhadap tantangan dan kebijakan yang mampu memberikan dampak positif bagi rakyat Indonesia.