https://pikiranmerdeka.com

Wujudkan Demokrasi

Rizal Ramli: Pilpres Dirancang Dua Pasang Untuk Kepentingan Oligarki

Jul 8, 2023 #Rizal Ramli

Banyak masyarakat Indonesia, termasuk para elitnya, yang masih bermental inlander, yang menyebabkan sulit maju, demikian Tokoh Nasional Rizal Ramli menilai.

Pemilu 2024 pun menurutnya telah dirancang bukan untuk membuat Indonesia menjadi negara highlander, melainkan dirancang untuk melanjutkan penguasaan negara oleh oligarki dan dinasti mental Inlander.

“Banyak dari masyarakat kita, terutama elitnya, yang masih bermental inlander, bahkan sangat inlander. Padahal, mereka pejabat,  berpendidikan, tapi mereka sering memuji-muji bahwa bangsa asing lebih hebat dari bangsa kita. Orang kita, kerja yang biasa saja nggak bisa,” kata Rizal kepada media, kemarin, setelah menerima kunjungan Koloni Seni Ngopi Semeja di kediamannya di kawasan Jakarta Selatan.

Bang RR sapaan akrabnya, menyebut nama seorang tokoh yang juga mantan pejabat di sebuah BUMN, karena pernah mengatakan bahwa pekerja China 3 sampai 8 kali lebih produktif dibanding pekerja Tanah Air.

Menurutnyal, pernyataan itu tidak benar dan merupakan penghinaan bagi bangsa Indonesia.

“Kenapa? Karena banyak orang Indonesia yang bekerja di pabrik-pabrik Jepang, Korea, Eropa dengan tingkat kualitas (yang memenuhi standar, bahkan lebih), dan sangat produktif. Sama seperti bangsa-bangsa lain,” jelasnya.

Dia juga tak setuju pada pendapat bahwa orang Indonesia pemalas, karena menurut dia, orang Indonesia terkesan malas karena sedang tidak ada pekerjaan.

“Tapi begitu dikasih kerjaan, rajin-rajin kok. Mereka mau kerja lembur. Kalau nggak ada kerjaan, bukan salah mereka nggak ada kerjaan, tapi salah pemerintah dan sistem yang tidak mampu menciptakan lapangan kerja,” tegasnya.

RR mengatakan, jika bangsa Indonesia mau maju, maka mental Inlander tersebut harus diubah menjadi highlander. Termasuk mental di kalangan pejabatnya, karena dengan bermental Inlander, para pejabat itu lebih sibuk memperkaya dirinya sendiri, kelompok dan keluarganya dengan memanfaatkan jabatan dibanding memajukan rakyat dan bangsanya.

Highlander adalah sebuah film yang sangat terkenal. Di film itu tokohnya berani berjuang mati-matian melawan manusia-manusia jahat. Kalau itu sampai terjadi di Indonesia, (berarti) elit-elitnya berubah dari inlander menjadi highlander. Indonesia bakal maju dan Indonesia hebat,’ terang RRTokoh yang dijuluki Sang Penerobos ini menyebut negara yang dia sebut sebagai negara yang highlander. Salah satunya Malaysia.

“Di Malaysia, proyek kereta api cepat dari Kuala Lumpur ke Johor dibatalkan Mahathir Mohammad, kemudian ditutup dengan real astate di Johor. Yang boleh beli real estate itu hanya warga Malaysia Melayu atau keturunan Tionghoa. Tidak boleh warga RRC dari Beijing. Mahathir menunjukkan kelas pemimpin highlander. Dia berani bersikap untuk bela rakyat dan bangsanya,” ungkap Rizal Ramli

Menurut mantan Menko Maritim, mantan Menko Ekuin, mantan Menteri Keuangan dan mantan kepala Bulog ini, Indonesia dapat berubah dari negeri Inlander menjadi negeri highlander melalui proses Pemilu, tetapi sayangnya RR melihat bahwa hal itu tidak bisa terjadi.

“Karena Pemilu-nya dari awal dirancang bukan untuk perubahan, malah justru untuk melanjutkan oligarki dinasti mental inlander. (Karena itu) mereka merancang calonnya hanya dua, Jokowi-man, supaya bisa melanjutkan sikap inlander,” jelasnya.

Karena hal tersebut, Rizal mengatakan sudah saatnya kita (rakyat) tidak ikuti cara Pemilu inlander.

“Kita harus menjadi bangsa yang cerdas dan makmur. Ini kan tujuan kita merdeka (sebagaimana tercantum) di pembukaan undang-undang dasar. Kita bisa menjadi bangsa yang makmur, sejahtera rakyatnya karena kita negara Indonesia paling kaya dalam segala hal; sumberdaya, matahari, hujan. Di Asia Tenggara dan Asia Selatan, tidak ada negara yang sesempurna Indonesia (yang) diberkati oleh Allah Subhanahuwata’ala,” pungkas Bang RR.

Mental inlander dapat diartikan sebagai sikap yang menganggap segala sesuatu dari luar negeri lebih baik, maju, bagus, dan hebat, sedangkan budaya atau sesuatu dari negerinya sendiri dianggap buruk, tidak bagus, tidak hebat, dan tertinggal. 

(Agt/PM)