Oleh: Tulus Sugiharto
Dear Native Digital. Loe tau ngak sih ? Ada seorang anak muda yang sekolah kedokteran dengan menggunakan sepeda motornya selama tiga tahun, 1953 sampai 1956 berkeliling ke berbagai negara di latin Amerika, mulai dari Argentina, Bolivia, Perú, Ekuador, Panamá, Kosta Rika, Nicaragua, Honduras, dan El Salvador. Kesimpulan dari touring anak muda ini sistem kapitalisme, terutama dari Amerika menjadi sebab banyaknya orang miskin di Latin Amerika. Apalagi kalau kemudian perusahaan besar itu hengki pengki atau berkolusi dengan pemerintah yang berkuasa.
Tentu aturan-aturan yang dikeluarkan pemerintah itu akan menyebabkan perusahaan besar untung plus sebagian kecil dari orang berkuasa, jadi orang super kaya, tapi rakyat mereka tetap kismin dan miskin banget.
Nama anak muda itu Che Guevara, jiwa revolusionernya muncul setelah melihat dengan mata kepala sendiri adanya kemiskinan itu.
Dia membantu Jacobo Arbenz untuk memenangkan pemilu di Guatemala dengan mengusung reformasi sosial. Setelah terpilih, Presiden Albenz ini keren banget, dia menghapuskan latifundia atau kepemilikan tanah yang sangat luas oleh satu orang.
Tapi Alben digusur oleh CIA melalui permintaan sebuah perusahan, namanya United Fruit Company, sebuah perusahaan Amerika Serikat yang memperdagangkan buah2 tropis, khususnya pisang, yang ditanam di Amerika Tengah dan Selatan. Gila ngak loe, perusahaan pisang bisa menggulingkan pemerintah yang sah karena menghapus latifundia.
Itulah contoh penjajahan modern, neoliberalisme, dampak dari Neoliberalisme akan berakibat tidak adanya kemakmuran dan kesejahteraan mayoritas masyarakat, melainkan memperkaya si pengusaha atau perusahaan itu sendiri.
Dear Native digital, Che Guevara membantu banyak revolusi, seperti revolusi di Kuba, dia mendukung gerakan Fidel Castro sehingga kemudian Kuba diisolasi oleh Amerika selama puluhan tahun. Meski dapat kedudukan menjadi menteri Perindustrian di Kuba, Che malah kembali menjadi revolusioner, keluar dari pemerintahan Kuba, pergi ke Afrika dan kemudian muncul lagi dengan membantu gerilyawan Bolivia. Pemerintah Bolivia kerjasama dengan CIA berhasil menangkap Che dan kemudian menghukum matinya pada tahun 1967. Che meninggal di usia milenial, 39 tahun. Che memang meninggal, tapi nama dia dikenal luas di dunia.
Orang yang harusnya bisa hidup enak-enakan jadi seorang dokter tapi jiwanya menyebabkan dia berpikir untuk mensejahterakan banyak orang. Orang seperti Che ngak banyak, kalau udah lulus kuliah apalagi dapat gelar doktor (S 3) keluaran Universitas beken di Amerika, tentu pikirnya gimana bisa segera jadi Manager, GM bahkan direksi dalam waktu singkat, lebih cepet dari waktu sekolah dulu.
Belum lama, bang Rizal Ramli (RR) menerima belasan organisasi buruh di rumahnya, sebagian dari mereka juga lulusan S – 3 tapi maaf maksudnya lulus dari jenjang (SD, SMP dan SMA) . Dengerin keluhan buruh, kemudian jadi saksi di MK atas gugatan buruh atas Omnibus Law. Gw yakin, bang RR sadar tindakannya ngak menyenangkan para pihak –pihak yang diuntungkan oleh Omnibus Law ini. Dia tahu konsekuensinya, tapi hati dan pikirannya selalu berpihak pada buruh, petani, nelayan, orang kecil dll. Dia anti neoliberalisme. Khotbahnya di MK keren ia menganggap alasan pembuatan UU Ciptaker tidak masuk akal karena antara maksud, tujuan, dan fakta di lapangan tidak sesuai. Katanya lagi, pada praktiknya, UU Ciptaker tidak menyederhanakan regulasi dan mempermudah perizinan investasi sebagaimana digaungkan pemerintah.
Lengkapnya bisa dilihat di banyak media online di Google. Ketik aja : Rizal Ramli, MK –
Dear Native Digital “Jika Anda bergetar dengan geram setiap melihat ketidakadilan, maka Anda adalah kawan saya.” Itu kata Che bukan kata gue.
Kalau Che masih hidup, dia mungkin jadi temen ngopi Torajanya bang RR, makan pisang goreng dari kebun sendiri dan sambil melihat Che, mengisap cerutu Cohiba dari Kuba dan sambil dengerin lagu Bob Marley, No Woman No Cry – makna derajat kedua lagu ini bagi aktivis model bang RR dan Che “tetaplah menjaga kepala agar tetap tegak melewati masa-masa sulit “.
(Agt/PM)