Oleh : Wahdiat Alghazali
(laporan: agusto – sumber: Wahdiat A / WAG PNKN)
Tulisan ini biar rakyat bisa mengerti dengan jelas apa yang terjadi dengan kenaikan BBM.
Pikiranmerdeka.com – Perkembangan produksi BBM didunia berkembang mengikuti teknologi teknik mesin dan otomotif. Sejak dekade 60 an sampai sekarang teknologi produksi BBM sangat erat kaitannya dengan kemajuan teknologi dan industri moda transportasi serta permasalahan emisi karbon.
Universal Oil Product (UOP) yang bermarkas di Amerika pun telah beberapa kali mengeluarkan mutu produk seiring dengan perubahan moda transportasi dan teknologi otomotif.
Berdasarkan KTT Bumi tentang Lingkungan dan Pembangunan (UNCED), Rio Dejaneiro 1992, melahirkan kesepakatan negara2 seluruh dunia wajib menekan jumlah emisi karbon akibat industri termasuk emisi kendaraan bermotor. Negara2 produsen kendaraan bermotor seperti Jepang, Jerman, Amerika dll berupaya memproduksi kendaraan dengan teknologi rendah emisi. Hal ini juga dilakukan produsen (kilang) BBM di seluruh dunia. Eropa mengeluarkan standard mutu dari Euro 3, 4 dan sekarang Euro 5. Amerika dengan UOP nya juga mengeluarkan standard mutu produknya menggunakan standard minim emisi.
Mengapa Pertamina juga melakukan perubahan mutu produknya? Karena tuntutan dari pasar bebas internasional dan hasil Konvensi Bumi 1992 yang mewajibkan produsen memakai standard mutu yg dipersyaratkan. Seperti RDMP Kilang Minyak Balikpapan juga akan memproduksi BBM dengan standard Euro 5.
Sejarah kenaikan subsidi BBM di Indonesia pernah dilakukan oleh 6 presiden Indonesia antara lain :
- Soekarno 14 kali
- Soeharto 21 kali
- BJ Habibi 1 kali (turun)
- Gusdur 6 kali
- Megawati 14 kali
- SBY 8 kali
- Jokowi 10 kali
Indonesia pernah bergabung menjadi anggota OPEC (negara eksportir minyak) sejak 1962 ketika produksi minyaknya mencapai diatas 1 juta barel per hari. Sedangkan kebutuhan dalam negerinya hanya avg 25-59% Pada tahun 2008, Indonesia akhirnya keluar dari OPEC, karena produksi minyaknya menurun dan kebutuhan dalam negerinya meningkat sehingga Indonesia menjadi net importir minyak.
Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia menjadi isu sensitif karena menyangkut public goods. Disatu sisi jumlah subsidi setiap tahun meningkat sehingga sangat berpengaruh terhadap postur APBN, disatu lagi pengaruhnya terhadap laju inflasi dan daya beli masyarakat. Ini ibarat 2 sisi mata uang yg wajib diketahui masyarakat secara luas.
Banyak masyarakat harus dicerdaskan melalui pemahaman regulasi maupun secara teknis komprehensif. Agar isu kenaikan BBM dapat diterima masyarakat termasuk pembenahan transparansi manajemen Pertamina. Termasuk didalamnya departemen terkait seperti Kementerian ESDM, SKK Migas, dan Kementerian Keuangan, sehingga bahan publikasi ke masyarakat wajib transparan jangan ada yg disembunyikan.
Saya akan membahas secara teknis dulu.
Istilah RON atau Research Octane Number ramai diperbincangkan publik. Di Indonesia, bahan bakar bensin memiliki nilai oktan atau RON tertentu. Sebagai contoh, Pertamax Turbo memiliki RON 98, Pertamax memiliki RON 92, dan Pertalite memiliki RON 90.
RON atau angka oktan adalah ukuran stabilitas bahan bakar. Angka oktan pada bahan bakar yaitu suatu bilangan yang menunjukkan seberapa tinggi tekanan yang akan diberikan sampai pada akhirnya bahan bakar akan terbakar secara spontan.
Campuran udara dan bensin akan ditekan oleh piston hingga dengan volume yang sangat kecil, kemudian dibakar oleh percikan api yang dihasilkan busi. Semakin tinggi nilai oktan pada bahan bakar mengartikan semakin baik kualitasnya.
Perlu digarisbawahi bahwa sangat penting mengetahui berapa nilai oktan yang pas untuk kendaraan, karena pembakaran yang tidak sempurna akan menimbulkan kerak.
Selain itu, pembakaran yang kurang sempurna akan berdampak terhadap tingginya biaya perawatan kendaraan, hingga harga jual yang turun karena mesin sering bermasalah.
Cara menentukan angka oktan atau RON
Nilai oktan campuran didasarkan pada rasio dua senyawa kimia, iso-oktana yang memiliki struktur dan sifat berbeda. Iso-oktana murni memiliki peringkat 100 dan n-heptana memiliki peringkat nol. Sehingga, campuran 90 persen iso-oktana dan 10 persen n-heptana akan mempunyai nilai oktan 90.
Semakin tinggi angka oktan, semakin banyak kompresi dari piston yang dapat ditahan bahan bakar sebelum mesin menyala.
Nilai RON BBM di Indonesia
Sebagai salah satu yang menyediakan BBM, SPBU Pertamina menjual berbagai jenis bensin sebagai berikut:
- Pertamax Racing: Memiliki nilai oktan minimal 100 yang khusus diperuntukkan bagi kendaraan balap dan kendaraan berkompersi mesin lebih tinggi dari 13:1.
- Pertamax Turbo:
Memiliki angka oktan 98 dan kadar sulfur rendah sehingga tidak merusak kualitas udara. - Pertamax:
Memiliki nilai oktan minimal 92 berstandar internasional, yang sangat direkomendasikan untuk kendaraan berkompresi 10:1 hingga 11:1 atau kendaraan berbahan bakar bensin yang menggunakan teknologi setara dengan Electronic Fuel Injection (EFI). - Pertalite:
Memiliki nilai oktan 90, digunakan oleh kendaraan dengan kompresi 9:1 hingga 10:1.
Jadi kalau kita bertanya mengapa angka oktan itu sangat penting? Jawabannya akibat tuntutan dari Konvensi Bumi 1992 yang mengharuskan seluruh negara melakukan pengurangan emisi termasuk salah satunya kendaraan bermotor menyumbang 23% efek rumah kaca. Dampaknya adalah pemanasan global yang melanda dunia saat ini.
Daftar 10 negara biangkerok penyumbang efek rumah kaca :
- China
- Amerika
- Uni Eropa
- India
- Russia
- Jepang
- Brazil
- Indonesia
- Iran
- Kanada
Bagaimana proses produksi BBM?
Pengolahan minyak bumi dilakukan dengan cara:
Distilasi – Penyulingan
Cracking – pemecahan molekul
Reforming – pengubahan bentuk
Alkilasi & polimerisasi – penambahan jumlah atom
untuk mencapai produksi alkilat dengan angka oktan/cetane yang tinggi.
Sedangkan dalam solar proses alkilasinya menggunakan angka cetane (cetane number). Ini bedanya mesin berbahan bakar bensin dengan solar.
Hitungan jual beli minyak menggunakan satuan barel 1 barel = 159 liter
Crude ke BBM menjadi 85% 15% residu (MFO, SLWR, Aspal, lilin dll), berarti
159×85%= 135 liter (BBM)
Komposisi BBM hasil destilasi menghasilkan produk LPG, Avtur, bensin, kerosin, solar, minyak diesel, Marine fuel oil (MFO), LSWR, lilin, pelumas, aspal.
Jika Pertamina memproduksi BBM, maka bahan dasar minyak diolah berasal dari produksi dalam negeri dan luar negeri (import). Produksi dalam negeri dari PSC mencapai 653.000 barel/day sedangkan kebutuhan import 1 juta barel/hari. Dalam 1 juta barel itu juga ada hitungan import BBM bukan semuanya crude oil.
Pertamina menggunakan sistem pembelian dan penyediaan yang dikenal dengan Pertamina Supply Chain. Ini digunakan sebagai kekuatan supply untuk menjaga demandnya. Pertamina melakukan pembelian minyak import dengan model First In First Out. Karena perdagangan minyak sifatnya “tradeble” atau perdagangan bersifat akan datang. Misalnya beli minyak bulan Desember 2021 maka pengirimannya bisa dilakukan pada bulan Juli 2022. Inilah yang saya sebut pola “first in first out”. Jadi bukan dibeli bulan lalu dan diproduksi bulan ini..ha ha ha. Disinilah titik permasalahannya kenaikan subsidi BBM akibat perang Russia-Ukaraina menyebabkan harga minyak dunia naik gradual dramatically terjadi bulan Februari 2022 s.d Sept 2022 tetapi anehnya bulan Agustus 2022 Sri Mulyani declare aneh tentang subsidi BBM yg mencapai 502 triliun. Ini hitungan dari Menteri keuangan negeri wakanda menyesatkan dan ini mengandung kebohongan publik yang tidak boleh dibiarkan.
Metode pembelian minyak dan BBM import
Standar harga pemasaran minyak bumi dan BBM menggunakan “Mean of Platts Singapore (MOPS): telah puluhan tahun digunakan sebagai acuan harga transaksi minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM) di kawasan Asia Tenggara. Pada perdagangan menggunakan harga MOPS biasa ada pengurangan/diskonto. Misalnya MOPS 4 itu artinya diskonto 4 dollar per barelnya. Diskonto ini juga selama beberapa tahun dimainkan oleh hantu2 mengejar rente yang nilainya luar biasa besarnya jika harus dibagi ke kantong2 pejabat.
Jenis dan harga minyak import yang dibeli Pertamina
Jenis minyak import yang sering dibeli Pertamina adalah jenis heavy crude (sulfur rendah) yang berasal dari Aramco Saudi. Jenis ini cocok untuk Kilang Pertamina. Harga minyak ini juga mengikuti WTI (West Texas Intermediate) atau harga minyak berjangka Amerika. Selain import, Pertamina juga menggunakan minyak produksi dalam negeri yang diproduksi KKKS atau PSC.
Menghitung subsidi BBM untuk contoh Pertalite
Kita hitung per barel dulu.
Harga minyak Per Juli 2022 approx usd 100 /barel.
100 x Rp 14.500 (kurs) = Rp 1.450.000 /barel
Biaya produksi per liter
Rp 1.450.000 / 135 lt = Rp 10.740 /lt.
Ditambah :
- PPN (11%)
- PPh (avr 2%)
- PPBKB (5%-7%)
- OAT (avr 2%)
Total avg 20% x Rp 10.740 = Rp 12.888 /lt adalah harga pokok produksi (HPP) Pertalite tanpa subsidi.
Untuk menghitung nilai subsidi harus dihitung berapa harga minyak dibeli tahun sebelumnya (FIFO). Sehingga tidak bisa menghitung harga BBM subsidi dalam tahun berjalan.
Akumulasi harga minyak Januari-Desember 2022
Jan $ 85,8/barel
Feb $ 90
Mar $ 106
Atau rata2 sampai Agustus 2022 avg usd 95/barel
Atau dengan asumsi s.d Desember 2022 dengan avg $ 100 /barel
Inipun sebenarnya untuk perhitungan subsidi BBM dalam tahun 2023. Karena pembelian minyak 2022 itu dari hasil pembelian tahun 2021 dengan harga minyak avg $ 68/barel nya.
Lalu dihitung lagi crude yg dibeli Pertamina jenis heavy crude. Ini juga harus dilihat sebagai perhitungan HPP.
Seandainya Menteri keuangan itu tidak tricky maka harus juga dihitung keuntungan Indonesia dari kenaikan harga minyak dalam negeri yang menggunakan ICP (Indonesia Crude Price).
Penerimaan negara dari kenaikan ICP dari equity to be split sebagai penerimaan negara (70%) dikurangi cost recovery 30% dikali jumlah produksi avg 658 ribu barel per hari (karena ini masuk dalam target APBN).
Asumsi import crude avg 82,5 juta 2021 (asumsi 2022 90 juta) atau hanya 225 ribu barel per hari. Sisanya import BBM seperti HSD, kondensat MPO. Kemudian ditambah lagi penjualan residu 15% karena ada MPO, LSWR, aspal, lilin dll.
Secara keseluruhan kebutuhan BBM Indonesia per hari 1,6 juta liter
Maka dapat diketahui berapa sih kenaikan subsidi BBM itu dari perhitungan diatas dengan parameter:
- Jumlah crude import per tahun
- Harga crude per tahun
- Biaya produksi per tahun
- Pajak dihitung ketika BBM didistribusi ke pasar
Secara APBN hitung lagi keuntungan equity to be split (setelah dikurangi cost recovery). Ini belum lagi kenaikan penerimaan dari gas bumi.
Maka hitungan yang fair harusnya dihitung juga kenaikan harga solar industri termasuk keuntungan dari produksi Ron92 (Pertamax) dan Pertamax Turbo Ron98. Termasuk keuntungan import BBM Pertamina (nilainya cukup bagus). Karena ini juga bagian dari portofolio Pertamina.
Bersambung…/