Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa kemiskinan tak cukup dilawan hanya dengan membuka lapangan kerja, tetapi harus dimulai dari fondasi paling dasar, gizi dan pendidikan.
Dalam acara CNBC Economic Update 2025 di Jakarta (18/6), ia menyampaikan bahwa masalah utama tenaga kerja Indonesia bukan kekurangan jumlah, melainkan kualitas.
“Orang miskin tidak mungkin langsung jadi wirausaha yang tangguh. Pertama-tama, kesehatannya harus diperbaiki, gizinya ditingkatkan, dan pendidikannya harus disediakan negara,” ujar Sri Mulyani.
Ia menjelaskan bahwa anak-anak yang mengalami stunting atau kekurangan gizi sejak kecil cenderung tumbuh dengan keterbatasan fisik dan kognitif yang menghambat produktivitas mereka di usia kerja. Oleh karena itu, program seperti makan bergizi gratis (MBG) dan pemeriksaan kesehatan gratis dinilai penting sebagai bentuk intervensi negara yang menyeluruh.
“Kalau sejak kecil mereka tidak diimunisasi, kekurangan gizi, lalu kita harap mereka bisa bersaing dengan lulusan Ivy League? Itu tidak adil,” kata Sri Mulyani, membandingkan kualitas SDM Indonesia dengan lulusan delapan universitas top dunia di Amerika Serikat.
Ia mendukung langkah Presiden Prabowo Subianto yang menginisiasi pendirian Sekolah Rakyat, sebuah program pendidikan bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu. Menurutnya, program ini bukan hanya memberi akses pendidikan setara, tapi juga alat pemutus rantai kemiskinan.
“Presiden Prabowo menetapkan agar anak-anak dari keluarga miskin ditampung di Sekolah Rakyat. Di sana mereka mendapat fasilitas pendidikan yang bukan cuma setara, tapi juga berkualitas. Ini bukan sekadar bantuan, tapi pemberdayaan,” tutupnya.
(Hen/PM)