Oleh: Agusto Sulistio – Pegiat Sosmed.
Islam di Indonesia itu mayoritas sejak sebelum Indonesia merdeka. Pergerakan Islam sangat luar biasa dengan ditandai munculnya organisasi besar saat itu Syarikat Dagang Islam.
Syarikat Dagang Islam yang dipelopori oleh HOS Cokroaminoto tercatat dalam sejarah Islam berhasil menghimpun kekuatan Islam pribumi tidak saja dalam konteks perdagangan namun mampu membangkitkan kesadaran Islam sebagai kekuatan untuk melepas diri dari penjajahan.
Oleh karena itu organisasi dagang Islam hingga kemerdekaan menjadi kekuatan yang besar di Nusantara yang mampu memposisikan Boemi Putra sebagai tuan rumah yang diperhitungkan oleh bangsa penjajah, tidak saja dalam soal ekonomi namun dalam politik juga telah diperhitungkan saat itu.
Seiring dengan kemajuan dan perkembangan Islam, kemudian Islam dihadapkan dengan persoalan didalam dirinya sendiri, yakni pertentangan antara Islam dengan Islam. Persoalan kesenjangan sosial ekonomi antar umat Islam menjadi hal utama, disamping persoalan aliran dalam keyakinan pemeluk agama Islam serta eksistensi Islam sebagai agama mayoritas dengan dihadapkan pada toleransi antar pemeluk agama lainnya.
Kita jumpai dalam kehidupan politik sehari-hari, misalnya, adanya upaya memanfaatkan doktrin-doktrin agama untuk kepentingan kelompok. Hal itu dilakukan tidak saja oleh sebab aspek latar belakang agama seseorang, namun biasanya lebih mengedepankan pada kepentingan kekuasaan dan hal yang bersifat subjektif.
Oleh karena itu Islam yang mayoritas dengan berbagai keberhasilan sejarah masa lalunya, para tokoh cendikian Islam harus mampu melanjutkan cita-cita Islam seperti yang dilakukan Syarikat Dagang Islam / Syarikat Islam terdahulu, yakni menjadikan Islam sebagai kekuatan bangsa dalam kesetaraan dan toleran kehidupan beragama tanpa melupakan hal-hal yang hakiki soal kebutuhan umat sebagai manusia beragama, bernegara menuju keadilan sosial yang berkeadilan.
Sehingga problem didalam umat Islam seperti persoalan kehidupan sosial, ekonomi, politik, dll dapat diminimalisir agar dapat dirasakan oleh seluruh umat Islam tanpa ada ketimpangan yang mendominasi pada sekelompok elit, disamping eksistensi Islam dalam berperan aktif menciptakan kerukuran dan toleransi antar pemeluk agama lainnya.
Dengan posisi Islam Indonesia sebagai umat Muslim terbesar di dunia, maka posisioning Islam didalam negeri tidak mengalami hambatan berarti. Berbeda dengan tantangan yang dihadapi bagi pemeluk Islam diluar negeri. Kalaupun masih terjadi hambatan di Indonesia terkait Islam, biasanya disebabkan oleh adanya persepsi menafsiran, serta aliran-aliran dalam Islam sendiri.
Meskipun demikian kita tak boleh skeptis menanggapi adanya anggapan persoalan utama Islam terjadi oleh adanya gerakan diluar Islam. Terkait ini perlu kebersamaan dalam melihat persoalan ini secara jernih dan konfrehensif, agar anggapan Islam menjual issue Islam dapat terdeteksi dengan tepat, sehingga kita segera dapat menangkal terjadinya jurang ketimpangan sosial ekonomi diantara umat Islam sendiri. Apakah yang diakibatkan oleh feodalisme, status sosial, ekonomi, politik dalam masyarakat Islam baik dilingkungan terkecil maupun kehidupan bernegara.