PikiranMerdeka.com – Kasus yang menimpa Irjen Sambo terkait tewasnya Brigadir J mengundang banyak sorotan.
Lalu bagaimana perjalanannya dari seorang Ferdy Sambo yang memiliki karier cemerlang di kepolisian. Usia muda, dan menempati berbagai jabatan penting dan strategis.
Berikut perjalanan karirnya yang dirangkum dari berbagai sumber.
Ada beberapa sosok jenderal besar yang membantu Ferdy Sambo naik dengan cepat dalam karirnya sebagai polisi.
Dalam kepangkatan Ferdy Sambo telah melewati beberapa seniornya dan menjadi jenderal bintang dua paling muda.
Sosok yang paling berpengaruh dalam karir Ferdy Sambo, salah satunya adalah mantan Kapolri yakni Jenderal (Purn) Tito Karnavian.
Saat berdinas di Polda Metro Jaya, Jakarta, Ferdy Sambo berada dibawah komando Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian.
Saat itu Ferdy Sambo bersama Ditreskrimum Polda Metro Jaya waktu itu masih dijabat oleh Kombes Krishna Murti kerap mendapat sorotan media.
Dalam perjalan kedinasannya, Sambo mampu melampaui bekas atasannya tersebut yang masih bintang satu hingga sekarang.
Salah satu atasannya adalah Krishna Murti, dan kini masih berpangkat Brigjen atau bintang satu.
Pertengahan tahun 2016, Ferdy Sambo pindah posisi dengan mendapat promosi pangkat Kombes di Mabes Polri.
Pada saat itu Presiden Jokowi sudah melantik eks Kepala BNPT Letjen Tito menjadi Kapolri. Prestasi Tito sebagai Kepala BNPT satunya adalah mengatasi aksi teroris di Sarinah, Jalan MH.Thamrin, Jakarta Pusat.
Kemudian Tito Karnavian menyandang jenderal penuh atau bintang empat.
Setelah pindah ke Mabes Polri, Ferdy Sambo pertama menjabat Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) IV Dittipidum Bareskrim Polri.
Tak lama, hanya beberapa bulan, dia dimutasi ke posisi baru menjabat Kasubdit III Dittipidum Bareskrim Polri.
Sekitar dua tahun kemudian, Tito Karnavian menunjuk Ferdy Sambo sebagai Koordinator Staf Pribadi Pimpinan (Koorspripim) Polri.
Ketika itu Ferdy Sambo pun menjadi pimpinan ajudan dan staf yang terus mengawal pergerakan Tito Karnavian selaku Kapolri.
Selang tak berapa lama, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memanggil Tito Karnavian untuk menjadi menteri ke Istana pada 21 Oktober 2019.
Saat itu Ferdy Sambo terlihat ikut mendampingi bersama Kadiv Humas Polri Irjen M Iqbal. Ferdy Sambo memang terlihat di mana pun Tito berada.
Namun kemudian ketika akhirnya Tito masuk kabinet, keduanya kemudian berpisah.
Tito sepertinya sudah menempatkan orang kepercayaannya itu untuk naik bintang. Bisa dikatakan Tito juga sukses menitipkan Sambo kepada penerusnya.
Setelah Tito Karnavian menyerahkan jabatan Kapolri kepada Idham Azis, dalam mutasi beberapa hari berikutnya, Ferdy Sambo digeser menjadi Dirtipidum Bareskrim Polri dan mendapat pangkat Brigjen.
Kemudian setahun kemudian Fersldy Sambo kembali mendapat promosi menjadi Kadiv Propam Polri dengan pangkat Irjen atau bintang dua.
Ferdy Sambo menjadi lulusan Akpol 1994 paling moncer saat ini, diusianya jelang 50 tahun menjabat posisi penting dengan pangkat bintang dua.
Namun sangat disayangkan karirnya harus tamat karena kasus Brigadir Joshua.
Mantan Kapolri Tito Karnavian
Selain menjadi Kapolri yang paling muda, Tito juga disebut-sebut sebagai Kapolri yang paling kaya dari Kapolri sebelumnya.
Ia merupakan Kepala Kepolisian Republik Indonesia / Kapolri ke-23 yang menjabat sejak 13 Juli 2016.
Setelah menjabat Kapolri Tito Karnavian diangkat Presiden menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri Indonesia sejak tanggal 23 Oktober 2019 dalam Kabinet Indonesia Maju pemerintahan Joko Widodo.
Tito Karnavian disebutkan KPK dalam laporan 30 Juni 2015 memiliki aset berupa tanah dan bangunan senilai Rp 11,2 miliar.
Angka ini merupakan akumulasi sejumlah properti yang tersebar di Pelembang, Tanggerang, Jakarta, bahkan di Singapura.
Terkhusus aset di Singapura, ia diketahui menguasai bangunan seluas 120 m2 yang berasal dari hasil sendiri.
Perolehan tahun 2008 dengan NJOP Rp 3 miliar.
Lalu, Tito juga disebutkan memiliki harta bergerak lain Rp 160 juta, serta giro dan setara kas Rp 1,8 miliar.
Total harta yang diperoleh Rp 13,2 miliar.
Namun, Tito juga mempunyai kewajiban membayar utang sekitar Rp 2,99 miliar yang terdiri atas utang pinjaman barang Rp 2,91 miliar dan utang kartu kredit Rp 76 juta.
Dengan begitu, harta bersih Tito Karnavian pada saat laporan ini dirilis oleh KPK adalah berjumlah Rp 10,29 miliar.
Tito Karnavian, lahir di Palembang, Sumatera Selatan, 26 Oktober 1964.
Tito Karnavian menjalani pendidikan di SD Xaverius 4 di Palembang, lalu ke SMP Xaverius 2 di Palembang serta SMA Negeri 2 Palembang.
Pasca menempuh pendidikan dasar, Tito melanjutkan pendidikan AKABRI pada tahun 1987.Tahun 1993, Tito Karnavian berhasil menyelesaikan program postgraduate di Universitas Exeter di Inggris dan meraih gelar MA dalam bidang Police Studies.
Tito pun menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK) di Jakarta tahun 1996 dan meraih Strata 1 dalam bidang Police Studies.
Kemudian Tito Karnavian juga mendapat gelar Ph.D dalam jurusan Strategic Studies with interest on Terrorism and Islamist Radicalization, di S. Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapura, tahun 2013 lalu.
Kariernya di kepolisian cukup cemerlang, diantaranya membongkar jaringan teroris pimpinan Noordin M. Top serta Dr. Azahari pada 2005 lalu.
Kariernya terus mencuat, berawal dari Kepala Densus 88 Antiteror Mabes Polri menggantikan Brigjen Polisi Saud Usman Nasution.
Pada September 2012, Tito kemudian dilantik menjadi Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Papua hingga Juli 2014.
Selanjutnya, Tito menjabat sebagai Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya dari Juni 2015 hingga Maret 2016.
Selanjutnya, Ia menjadi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme sejak Maret 2016.
Setelah itu beliau menjabat Kapolri pada 13 Juli 2016, sebagai calon tunggal menggantikan Jenderal Polisi Badrodin Haiti yang pensiun.
Saat ini Tito menjabat Menteri dalam negeri, posisi yang sangat penting mengingat banyak agenda politik, Pilkada,Pemilu dari tingkat daerah hingga pusat.
Peran jabatan Mendagri yang dipegang Tito Karnavian merupakan bagian yang sangat penting dan menentukan perjalanan demokrasi Indonesia kedepan.
Editor: Agusto, Foto: JPNN