Ciri Manusia Indonesia Memang Gemar Melempar Tanggung Jawab

Sep 6, 2025

Oleh: Hanief Adrian (alumni ITB, ikut mendirikan aliansi strategis BEM SI mewakili KM-ITB di Bogor pada 24 Desember 2007)

Tadi siang sehabis Jumatan, daku iseng-iseng melihat aksi mahasiswa BEM KEMA UNPAD dan KM ITB di depan Gedung DPR, mereka menagih tuntutan 17+8 yang konon kabarnya digagas para influencer dan deadline-nya hari Jumat 5 September 2025.

REFORMASI KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA

Teori The Prince dan Cara Jokowi Berkuasa.

Tak satupun batang hidung influencer itu terlihat di lapangan, padahal hendak kukuliti habis apa isi kepala influencer ini (kalau memang ada isinya) soal isu-isu yang mereka angkat.

Rupanya mereka asik di panggung lain, ada yang asik gitaran live di sebuah kanal medsos, asik isi wawancara di sebuah stasiun televisi, sengaja menghindar dari aksi, dan lain-lain.

Jadi, memang benarlah perkataan Mochtar Lubis bahwa ciri manusia Indonesia adalah gemar melempar tanggung jawab.

Salah satu contoh manusia Indonesia tak bertanggung jawab adalah para influencer yang mengklaim dirinya penggerak aksi 17+8 yang diwarnai kerusuhan dan menewaskan 10 warga.

Mereka tak sadar, mengorganisir gerakan melalui medsos, tanpa interaksi fisik dan sosial di dunia nyata, tanpa pergulatan lahir batin, akan lebih mudah piral dibandingkan perorganisasian ala gerakan mahasiswa dan buruh.

Mereka kira, jika pengorganisasian aksi melalui medsos ini rentan dikooptasi menjadi kerusuhan, maka yang bertanggung jawab adalah pemegang otoritas semata.

Memang, setelah Malari 74, Jenderal Soemitro mundur sebagai tanggung jawab gagal mencegah kerusuhan. Tetapi, Hariman Siregar sebagai pengorganisir aksi massa Malari 74 ikut memikul tanggung jawab, ia menolak dikatakan pengorganisir kerusuhan, tapi ia menerima bahwa kerusuhan yang terjadi adalah konsekuensi aksi massa protes mahasiswa.

Sikap Hariman, sang guru kader utama para aktivis pro demokrasi itu, jauuuuuuuh sekali dari adab dan sikap para influencer yang mendaku diri penggagas gerakan kekinian itu.

Keengganan sikap mau bertanggung jawab bisa diperkirakan akan mendinginkan situasi menuju normal, mengempeskan eskalasi. Entah mereka tidak paham, atau malah sengaja melakukannya atas perintah, daku sih ga paham, ga tahu dan ga mau tahu.

(Agt/PM)