Foto: Ilustrasi.
Kebijakan baru NATO yang menetapkan target belanja militer hingga 5% dari PDB setiap negara anggota membuka tabir besarnya jaringan industri senjata di Eropa. Langkah ini dinilai sebagai reaksi terhadap ancaman jangka panjang dari Rusia dan ketidakpastian global lainnya. Namun, di balik alasan keamanan, kebijakan ini juga dipandang sebagai angin segar bagi para produsen senjata yang telah lama menjadi pemain utama dalam ekosistem ekonomi pertahanan Eropa.
Industri senjata Eropa kembali jadi sorotan setelah NATO pada 25 Juni 2025 mengumumkan kebijakan ambisius menaikkan anggaran pertahanan dari 2% menjadi 5% dari PDB tiap negara anggota, dengan target pencapaian pada 2035. Kenaikan ini dianggap sebagai respons paling tegas dalam satu dekade terakhir terhadap berbagai tantangan keamanan, khususnya dari Rusia dan potensi ancaman terorisme.
Dari total 5% anggaran tersebut, setidaknya 3,5% dialokasikan untuk pertahanan murni, dan sisanya untuk infrastruktur strategis terkait keamanan. Negara anggota juga wajib menyusun rencana bertahap menuju target itu. Namun, kebijakan ini tidak diterima dengan mulus oleh semua anggota, seperti Spanyol yang menunjukkan sikap keberatan.
NATO sendiri adalah aliansi militer beranggotakan 32 negara, mayoritas dari Eropa, dengan hanya Kanada dan Amerika Serikat sebagai negara non-Eropa.
Data terbaru dari HitHorizons per Mei 2024 menunjukkan, Eropa memiliki 2.764 perusahaan aktif di sektor pertahanan dengan total penjualan €162 miliar dan menyerap sekitar 1,8 juta tenaga kerja. Inggris menjadi pemain dominan dengan 659 perusahaan atau 24% dari total Eropa. Posisi selanjutnya ditempati oleh Rusia, Jerman, Italia, dan Prancis.
Dari sisi perusahaan, BAE Systems asal Inggris menempati posisi puncak dengan nilai penjualan €26,9 miliar (17% dari total Eropa), diikuti oleh Rostekh dari Rusia sebesar €16,8 miliar (10%), dan Leonardo S.p.A dari Italia sebesar €12,5 miliar (8%).
Leonardo tercatat sebagai mitra strategis pertahanan berbagai negara, termasuk Indonesia. Bersama PT PAL, Leonardo terlibat dalam pengembangan sistem persenjataan dan sensor kapal sebagai bagian dari program kemandirian militer nasional.
Catatan redaksi:
Peningkatan belanja pertahanan NATO bukan sekadar isu keamanan, melainkan juga memperlihatkan keterkaitan erat antara kebijakan militer dan kepentingan ekonomi industri persenjataan. Di balik jargon keamanan kolektif, terdapat kepentingan besar dari raksasa industri yang mendorong lahirnya “mesin perang modern” berbasis korporasi.
Sumber: CNBC Research
Editor: Agusto Sulistio