JAKARTA, PIKIRANMERDEKA.COM – CV. Sigma Multi Prima kembali menunjukkan komitmennya dalam mendorong kemajuan industri tekstil dan produk tekstil nasional dengan berpartisipasi aktif dalam ajang bergengsi INATEX dan INDO INTERTEX 2025. Pameran yang digelar di Jakarta International Expo (JIExpo), Kemayoran, Jakarta pada 15–17 April 2025 ini menjadi panggung penting bagi pelaku industri dalam negeri untuk menampilkan inovasi dan memperluas jejaring bisnis.
Di tengah hiruk pikuk pameran yang ramai dikunjungi, CEO CV. Sigma Multi Prima, Yudi Sulasdi, menyampaikan optimisme dan analisisnya terkait geliat industri tekstil saat ini. Dalam wawancara di booth Sigma yang berlokasi di Hall D1–C3 pada Rabu (16/4), Yudi menyatakan bahwa penyelenggaraan tahun ini terasa jauh lebih semarak dibandingkan tahun sebelumnya.
“Kami melihat antusiasme pasar yang cukup mengejutkan. Jumlah pengunjung meningkat, dan ketertarikan terhadap teknologi serta produk tekstil terasa sangat tinggi. Hal ini mungkin tak lepas dari kondisi geopolitik global, seperti tensi perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok, yang justru membuka peluang baru bagi industri tekstil di negara-negara seperti Indonesia,” ujar Yudi.
Menurutnya, adanya pembatasan impor oleh AS terhadap produk Tiongkok bisa menjadi peluang emas bagi Indonesia untuk menyerap sebagian dari limpahan order global yang sebelumnya ditujukan ke Tiongkok. Namun di sisi lain, Yudi mengingatkan bahwa Indonesia juga berisiko terkena imbas kebijakan proteksionis seperti kenaikan tarif dari pemerintah AS terhadap produk asal Indonesia.
“Kalau Amerika menaikkan bea masuk untuk produk tekstil dari Indonesia, tentu akan berdampak signifikan terhadap volume ekspor kita. Data menunjukkan bahwa sektor tekstil Indonesia sangat bergantung pada pasar ekspor, terutama ke negara-negara besar seperti Amerika Serikat. Untuk itu, dibutuhkan dukungan dan kebijakan pemerintah yang berpihak pada industri lokal,” jelasnya.
Yudi juga menekankan pentingnya regulasi yang tegas dari pemerintah untuk membendung membanjirnya produk tekstil dari Tiongkok ke pasar domestik. “Kami khawatir produk-produk tekstil dari Tiongkok yang diblokir AS akan membanjiri pasar Indonesia. Maka dari itu, kita butuh regulasi yang lebih ketat agar industri dalam negeri tetap terlindungi dan bisa bersaing secara sehat,” imbuhnya.
CV. Sigma Multi Prima sendiri aktif dalam asosiasi industri tekstil nasional dan terus mendorong sinergi antara pelaku usaha dan pemerintah dalam merumuskan strategi perlindungan industri. Selain terus mengembangkan jaringan bisnis, Sigma juga bertransformasi dengan memperluas portofolio bisnisnya ke segmen-segmen baru.
“Dulu kita fokus hanya pada lini printing, dyeing, dan finishing. Tapi sekarang kita mulai masuk ke non-woven, garmen, bahkan berencana merambah ke pemintalan. Itu semua bagian dari strategi memperluas pasar dan menjawab kebutuhan industri tekstil yang terus berkembang,” kata Yudi.
Dalam pameran tahun ini, Sigma tampil percaya diri dengan tetap hadir meskipun banyak kompetitor memilih untuk tidak berpartisipasi. Menurut Yudi, kehadiran Sigma merupakan bukti komitmen perusahaan untuk tetap eksis dan terus melayani kebutuhan industri tekstil nasional, meski di tengah berbagai tantangan global.
“Kita punya potensi pasar dalam negeri yang luar biasa besar – lebih dari 280 juta penduduk. Itu adalah kekuatan utama kita. Sigma ingin terus dekat di hati para pelaku industri, menyediakan solusi tekstil yang efisien, unggul, dan mampu bersaing dengan produk-produk luar,” tegas Yudi.
Saat ini, CV. Sigma Multi Prima memiliki 19 principal partner ternama dari berbagai negara eropa dan asia antara lain Biancalani, Dollfus Muller, Danti Paolo, Danitech, Fadis, Embee, FirstAir, Guarneri Technology, Jupiter, Matchpoint, MBK, Piovan, ROQ, Sintec, Technoplants, Tecnorama, Tonello, Yeman Industries Ltd, dan WTT International.
Kolaborasi ini menjadi kekuatan utama Sigma dalam menyediakan solusi teknologi tekstil terdepan bagi industri lokal.
Melalui pameran ini, Sigma tidak hanya memperkenalkan produk-produk terbaik dari para principalnya, tetapi juga menyampaikan pesan penting: industri tekstil Indonesia memiliki masa depan cerah, asalkan semua pihak – pelaku usaha, pemerintah, dan masyarakat – bersatu mendukung pertumbuhannya.