https://pikiranmerdeka.com

Wujudkan Demokrasi

Sri Rukiyatin sang mawar merah mati setelah berkembang

Jan 9, 2025

Pukul 09.05 menit pagi ini (8januari 2025), saya mendapat kabar melalui WhatsApp dari New Jersey Amerika. Yang memberi tahu bahwa Sri Rukiyatin meninggal dunia di Jakarta. Saya menduga, Sri meninggal karena akibat penyakit yang di deritanya. Tampaknya, Sri sudah terlalu kepayahan dengan penyakit gagal ginjalnya yang hampir dua tahun dideritanya.

Beberapa bulan lalu, Sri menghubungi saya melalui WA dan menelepon dengan seluluernya. Akhir-akhir bulan itu, dia kerap menyapa dan menanyakan tentang keluarga dan aktifitas saya. Kami beberapa kali saling berbincang mengenai informasi kesehatan. Penyakit yang diderita Sri, yang ia keluhkan terdengar terasa sangat berat. Tapi ia tetap semangat untuk hidup. Ginjalnya mengalami kerusakan, ia harus cuci darah seminggu dua kali di rumah sakit RSCM Jakarta.

Di sela-sela dialog soal kesehatan, ia masih menanyakan tentang keadaan kawan-kawan Prodem, Indemo dan perhelatan dunia persilatan politik saat ini. Iapun menghitung teman-teman yang sudah tiada. Seperti biasa, ia membuka pembicaraan yang pernah beberapa kali diulang atas kedekatannya dengan adek Gusdur yakni ibu lily Wahid. Sepertinya ia hendak menginginkan kehadiran ibu Lily kembali, yang telah lama meninggal dunia. Ia bercerita bahwa Ibu Lily adalah sosok yang baik dan sangat peduli dengannya. Semasa hidupnya, ibu Lily Wahid sangat memperhatikan. Ia juga menyebutkan ada beberapa kawannya anggota Dewan yang care kepadanya.

Sri yang saya kenal sejak awal tahun dua ribuan, memang agak misteri. Tapi setelah sering berkomunikasi dengannya, semakin kesini semakin paham dan saya merasa lebih dekat mengenal dirinya. Keakraban dalam berteman itu memang sering ditunjukkan kepada siapa saja. Sri adalah tipikal orang yang grapyak, mudah menyapa dan bergaul. Entah dari mana sejarah asal usulnya ia mengenal para aktivis pergerakan. Saya tidak tau. Tapi kiprahnya di dunia antah brantah dunia aktifitas politik ia kerap hadir. Selama dia masih sehat, beberapa kali bertemu di acara seminar dan diskusi di Jakarta.
Ada sahabatnya karib Sri yang mengabarkan kepada saya. Bahwa Sri adalah orang yang merdeka dari dunia sosial. Rinjani Dwi Sudjono yang kini bermukim di New Jersey Amerika, memberitahukan kepada saya, bahwa Sri adalah kali pertama orang yang ditemukan ketika berada di setasiun kereta di Jakarta. Kemudian diajaklah berkenalan dengan para aktivis dan politisi di jagad politik Ibu Kota. Tidak main-main, atas kesupelannya dan modal gaul yang rajin. Sri memiliki banyak teman.

Banyak kenalannya yang menjadi pejabat. Dari Menteri, anggota Dewan, Pejabat teras sampai aktivis segala jaman. Bagi saya, Sri adalah sosok fenomena manusia yang memiliki keteguhan jiwa dan daya survive yang tinggi, meski kehidupan nyatanya tidak banyak orang tahu dan terkesan lebih menutup diri dan menghilangkan jejak dari asal-usulnya. Tapi ia adalah manusia yang tak gentar menghadapi hidup serba ganas dan terbatas di Jakarta. Ia hidup di Jakarta seorang diri. Entah asal usulnya dari mana, tapi suatu hari, ia pernah mengaku kepada saya dia berasal dari Malang Jawa Timur.

Tapi tak seorang aktivis yang saya tanya, asal usul Sri tidak ada yang tahu. Kini Sri telah tiada. Sanak saudaranya belum tahu atas kepergian Sri ke alam baka. Teman-teman dekat dan baiknya telah menghantarkan ke pusaran terakhirnya. Atas kebaikan dan kepedulian yang tinggi dari abangnda, dr Hariman Siregar, Sri dapat beristirahat dengan tenang di rumah kehidupannya yang terakhir. Di riingi doa kusuk oleh sahabat-sahabatnya yakni Isti Nugroho, Tutik Anis, Desiana, Edha mantan istri almarhun Mas Mulyana Wira Kusumah, Marlo Sitompuk, dan sahabat lainnya. Sri mendapat tempat yang indah disisiNya. Hari yang sama, selain Sri, saya juga kehilangan seorang sahabat baik yakni Nurul Qomar komedian, yang menghembuskan nafas terakhirnya. Turut berduka cita untuk keduanya.
Selamat jalan untuk Sri dan Mas Qomar, Tuhan menuntunmu ke jalan Syurga.

Eko S Dananjaya
Aktivis 80-an
Mantan ketua Pijar