Gambar: Pembangunan Sekolah Rakyat. Foto/Dok.PU
Sebanyak 100 Sekolah Rakyat di berbagai wilayah Indonesia ditargetkan mulai aktif menggelar pembelajaran pada 14 Juli 2025. Program ini digagas oleh Kementerian Sosial sebagai upaya membuka akses pendidikan inklusif tanpa syarat akademik, khususnya bagi anak-anak dari kalangan rentan.
Menteri Sosial Syaifullah Yusuf, yang akrab disapa Gus Ipul, menyampaikan bahwa Sekolah Rakyat tidak akan menerapkan tes akademik sebagai syarat masuk. Proses seleksi hanya mencakup verifikasi administrasi dan pemeriksaan kesehatan.
Per 1 Juli 2025 Hari Ini BBM Naik, Berikut Rinciannya
Menavigasi Lautan Konflik Iran–Israel dan Jalur Pelayaran Barang Kebutuhan
Kenaikan Anggaran NATO Bongkar Jaringan Kartel Raksasa Industri Senjata Eropa
“Yang penting lolos administrasi dan sehat. Kalau ada penyakit menular, akan ditangani medis dulu. Setelah sembuh, baru bisa masuk. Jadi tidak ada yang ditolak,” ujar Gus Ipul dalam konferensi pers di Kantor Kemensos, Jakarta Pusat, Selasa, 1 Juli 2025.
Sekolah Rakyat dirancang sebagai sekolah berasrama (boarding school) dengan konsep pendidikan yang memadukan pendekatan sosial, kemandirian, dan pembinaan karakter. Tujuannya adalah memberikan kesempatan pendidikan yang menyeluruh bagi anak-anak yang selama ini sulit menjangkau sistem pendidikan formal.
Ketua Tim Formatur Sekolah Rakyat, M Nuh, menekankan bahwa seluruh pembangunan fisik sekolah telah rampung. Namun, sebagai sekolah berasrama, kebutuhan logistik seperti perlengkapan makan menjadi perhatian penting.
“Kalau gedungnya sudah selesai semua. Tapi karena ini boarding, maka sendok, piring, beras semua harus diperhitungkan. Jangan sampai anak-anak masuk tapi alat makannya belum siap,” jelas M Nuh, yang juga merupakan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Inisiatif Sekolah Rakyat ini diposisikan sebagai terobosan pendidikan berbasis keberpihakan, tanpa diskriminasi akademik, dan mengutamakan inklusivitas sosial. Pemerintah berharap pendekatan ini dapat menjadi model alternatif yang menyentuh kebutuhan pendidikan masyarakat akar rumput secara lebih manusiawi dan berkelanjutan.
(Hen/PM)
Editor: Agusto Sulistio