https://pikiranmerdeka.com

Wujudkan Demokrasi

Mahasiswi ITB Pembuat Meme Ditangkap, Sekjen RMPG Minta Dibebaskan: Prabowo Sosok Demokratis

Mei 11, 2025

Foto: Hanief Adrian – Sekjend RMPG / Ist.

Pikiranmerdeka.com- Jakarta | Penangkapan seorang mahasiswi Institut Teknologi Bandung (ITB) berinisial SSS menuai sorotan publik. Ia ditangkap di indekosnya di Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Selasa (6/5), lantaran membuat meme satir yang menggambarkan Presiden Prabowo Subianto dan mantan Presiden Joko Widodo. Penangkapan ini menimbulkan pertanyaan serius tentang kebebasan berekspresi di lingkungan akademik.

Menanggapi kasus ini, Sekretaris Jenderal Relawan Muda Prabowo-Gibran (RMPG), Hanief Adrian, menyampaikan keprihatinannya melalui pesan WhatsApp kepada redaksi Pikiran Merdeka pada Minggu pagi (11/5). Ia menilai, tindakan aparat terlalu berlebihan dan meminta agar mahasiswi tersebut dibebaskan.

“Yang saya amati, meme tersebut dibuat dalam kerangka ilmiah kesenian. Sebagai mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB, ia seharusnya dilindungi oleh prinsip kebebasan akademik dan mimbar akademik,” kata Hanief, yang juga merupakan alumni ITB angkatan 2003.

Hanief menegaskan bahwa segala bentuk ekspresi ilmiah baik dalam bentuk karya seni, orasi, penelitian, hingga aksi jalanan merupakan hak civitas academica yang dijamin dalam dunia akademik.

“Saya pribadi, sebagai pendukung Prabowo yang konsisten sejak 2014 dan bagian dari keluarga besar ITB, menyarankan agar SSS segera dibebaskan. Ekspresi seni yang bertujuan mengangkat persoalan sosial tidak boleh direpresi atau dikriminalisasi dengan alasan apa pun,” ujarnya.

Ia juga mengingatkan bahwa di negara-negara dengan tradisi demokrasi yang lebih matang, kritik dan satir terhadap pejabat publik merupakan hal yang lumrah dan tidak diproses secara hukum.

“Sebagai pemimpin yang berjiwa demokratis, saya yakin Pak Prabowo tidak akan membiarkan hal seperti ini berlangsung. Bahkan, pada Pemilu 2014, ada akun X bernama @datuakrajoangek yang sangat keras menghinanya, tetapi justru orang itu kemudian diangkat menjadi Kepala Komunikasi Kepresidenan,” ungkap Hanief. Ia menyebut bahwa meskipun orang tersebut kemudian tersandung kontroversi terkait pernyataan tidak pantas tentang pengiriman kepala babi ke kantor Tempo, hal itu tak mengubah fakta bahwa Prabowo tetap menempatkan nilai demokrasi di atas ego pribadi.

Hanief menutup pernyataannya dengan harapan agar penegakan hukum tidak menjadi alat represi terhadap ekspresi seni di kampus.

“Kasus ini sebaiknya disudahi. Jangan biarkan demokrasi dan kebebasan akademik kita mundur hanya karena perbedaan ekspresi,” tutupnya.

(Agt / PM)