Ket gambar: Traffic penerbangan dari Radar24
Setelah serangan udara Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran, organisasi pemantau penerbangan, Safe Airspace, memperingatkan bahwa risiko terhadap maskapai AS di kawasan Timur Tengah meningkat. Meski belum ada ancaman langsung terhadap penerbangan sipil, Iran sebelumnya telah menyatakan kemungkinan akan membalas terhadap kepentingan militer AS di kawasan, termasuk lewat kelompok seperti Hizbullah.
Sejumlah maskapai membatalkan penerbangan dari dan ke Dubai dan Doha. Situs pelacakan FlightRadar24 menunjukkan maskapai global menghindari wilayah udara Iran, Irak, Suriah, dan Israel, memilih rute lebih jauh melalui Laut Kaspia atau Mesir dan Saudi, meski menambah waktu tempuh dan biaya operasional.
Sejak Israel menyerang Iran sembilan hari lalu, banyak maskapai menangguhkan penerbangan ke kawasan tersebut. Penutupan wilayah udara Rusia dan Ukraina akibat perang juga membuat Timur Tengah menjadi jalur strategis penerbangan antara Eropa dan Asia. Kekhawatiran juga muncul atas potensi lonjakan harga minyak yang dapat menaikkan biaya bahan bakar jet.
Maskapai seperti American Airlines dan United Airlines telah menangguhkan layanan ke Qatar dan Dubai. Safe Airspace menyebut risiko kini juga dapat meluas ke Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.
Sementara itu, Israel membuka kembali sebagian wilayah udaranya pada Minggu (22/6/2025) untuk memulangkan warga yang terdampar di luar negeri. Mulai Senin, 24 penerbangan evakuasi per hari akan dioperasikan dari berbagai negara. Namun maskapai Israel seperti El Al, Arkia, Israir, dan Air Haifa menghentikan sementara penerbangan penyelamatan dan pembatalan tiket diberlakukan hingga awal Juli.
Di sisi lain, Jepang telah mengevakuasi 21 orang dari Iran melalui darat ke Azerbaijan, sementara Selandia Baru menyiagakan pesawat militer Hercules untuk evakuasi warganya dan tengah berkoordinasi dengan maskapai komersial.
(Hen/PM – Airspace)