Foto: Vladimir Putin dan Ayatollah Ali Khamenei.
Iran diam-diam telah menyiapkan tiga ulama senior sebagai calon pengganti Ayatollah Ali Khamenei, pemimpin tertinggi mereka. Langkah ini diambil sebagai antisipasi jika Khamenei tewas dalam konflik yang terus memanas dengan Israel.
Mengutip laporan The New York Times (22/6/2025), tiga pejabat Iran menyebut Khamenei ingin memastikan proses transisi kepemimpinan berjalan cepat dan tertib bila situasi darurat terjadi. Pemerintah Iran kini tengah bersiap menghadapi segala kemungkinan, termasuk potensi intervensi militer dari Amerika Serikat. Meski sistem komando Iran sempat diguncang serangan Israel, struktur utama rezim masih berfungsi.
Sesuai konstitusi Iran, jika pemimpin tertinggi wafat, maka Majelis Ahli badan beranggotakan 88 ulama berwenang memilih penggantinya.
Di sisi lain, mantan Presiden AS Donald Trump sempat menolak rencana Israel untuk membunuh Khamenei. Namun pekan ini, Trump menyebut sang pemimpin Iran sebagai “target yang mudah”. Dalam unggahan di Truth Social, Selasa lalu, Trump menulis, “Kami tahu di mana ‘Pemimpin Tertinggi’ itu berada. Ia adalah target yang mudah, tapi kami tidak akan menghabisinya. Setidaknya belum sekarang.”
Pernyataan ini memicu reaksi keras dari Rusia. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, dalam wawancara dengan Sky News (20/6/2025), menegaskan bahwa Moskow tidak akan tinggal diam jika Khamenei terbunuh.
“Jika itu terjadi, kami akan merespons dengan sangat buruk. Kami sangat tidak setuju,” ujar Peskov. Ia memperingatkan bahwa pembunuhan Khamenei akan memicu reaksi keras dari rakyat Iran, yang ia sebut sebagai masyarakat yang terorganisir dan bersatu. Menurutnya, tindakan semacam itu bisa membuka jalan bagi radikalisasi ekstrem di dalam negeri Iran.
Peskov pun mengingatkan keras AS dan Israel agar tidak melanjutkan wacana ini. “Mereka sedang bermain-main dengan kotak pandora,” tandasnya.
(Agt/PM – Sumber: Reuters)