Buku trilogi “Tonggak-Tonggak Orde Baru” terbitan Kompas edisi terbaru diluncurkan pada Kamis ini di Jakarta. Buku karya B. Wiwoho ini merupakan edisi penyempurnaan dari versi pertama yang diterbitkan pada tahun 2021.
Peluncuran yang berlangsung dengan sederhana itu dihadiri oleh berbagai tokoh penting, di antaranya Hariman Siregar, ikon gerakan mahasiswa Malari 1974; mantan Kepala Staf Angkatan Udara (KASAU) Imam Sufaat; dosen senior Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FH-UI) Jack Yanda Zaihifni Ishak, PhD; mantan Dirjen Perdagangan Joko Mulyono; guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (FE-UGM) Prof. Gunawan Sumodiningrat, PhD; mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Mayjen TNI (Purn) Priyanto; Ketua Relawan Prabowo Haris Rusly Moti; dosen senior Universitas Paramadina Dr. Herdi Sahrasad; Wakil Pemimpin Umum Kompas-Gramedia Tri Agung Kristanto; mantan Direktur Utama Pertamina Martiono; jurnalis senior Parni Hadi, serta mantan Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia Banjar Chaerudin.
Dalam sambutannya, Hariman Siregar menyatakan, “Kita harus melihat sejarah masa lalu untuk bergerak maju ke depan. Kita ingin Indonesia yang lebih baik, sejahtera, dan maju.” Hariman juga menambahkan bahwa buku ini memberikan dorongan bagi masyarakat untuk memperkuat keindonesiaan dalam menghadapi tantangan masa depan.
Tonggak Sejarah Orde Baru
Menurut Prof. Gunawan Sumodiningrat, buku karya B. Wiwoho ini memiliki daya tarik tersendiri karena mengupas sejarah mulai dari peralihan Orde Lama ke Orde Baru, strategi pembangunan, hingga program-program yang dicanangkan dalam Kabinet Pembangunan. Buku ini juga membahas Revolusi Perpajakan yang menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah ekonomi Indonesia di bawah pemerintahan Orde Baru.
Peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru terjadi setelah peristiwa G30S/PKI pada tahun 1965, yang menandai berakhirnya kepemimpinan Presiden Soekarno dan munculnya Soeharto sebagai tokoh utama dalam Orde Baru. Rezim Orde Baru dikenal dengan kebijakan pembangunan ekonomi yang terencana melalui serangkaian Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita), meskipun diiringi dengan berbagai kontroversi terkait pelanggaran hak asasi manusia dan korupsi.
Referensi Akademik
Dr. Herdi Sahrasad, seorang penulis dan dosen politik, menyatakan bahwa buku ini akan digunakan sebagai referensi penting dalam pengajaran politik Orde Baru. Herdi Sahrasad, yang juga merupakan penulis buku “Prabowo the Rising Star”, menambahkan bahwa selain karya B. Wiwoho, buku-buku dari akademisi seperti Donnald Emmerson, Benedict Anderson, Merle Ricklef, William Liddle, Daniel Lev, Herb Feith, dan Fachry Ali juga merupakan bacaan wajib dalam memahami kompleksitas politik dan kebijakan selama Orde Baru.
Refleksi Masa Kini
Bambang Wiwoho dalam sambutannya menyatakan bahwa buku “Tonggak-Tonggak Orde Baru: Jatuh Bangun Strategi Pembangunan” mengangkat isu-isu penting yang perlu dicermati dan direfleksikan bersama dalam rangka membangun keindonesiaan modern di masa depan. Ia menegaskan bahwa, meskipun Orde Baru telah berlalu dan Reformasi sudah digulirkan, banyak pelajaran yang bisa diambil dari masa lalu untuk memperbaiki masa depan bangsa.
Komentar Jurnalis Senior
Jurnalis senior Richard Haryosaputro dan Parni Hadi mengomentari pendekatan objektif yang diambil oleh penulis. Mereka mengapresiasi B. Wiwoho yang tetap berpegang pada prinsip sine ira et studio (tanpa amarah dan keberpihakan) dalam mengkaji sejarah Orde Baru, suatu pendekatan yang sudah menjadi pedoman dalam pekerjaannya sebagai wartawan selama bertahun-tahun.
Peluncuran buku ini diharapkan menjadi momentum untuk menggali kembali pelajaran dari masa lalu dan menjadikannya landasan dalam pembangunan bangsa yang lebih maju dan berkeadilan.
Editor: Agusto Sulistio.