https://pikiranmerdeka.com

Wujudkan Demokrasi

Gde Siriana: Aktor Korupsi BTS pilih lukai hati rakyat miskin atau pasang badan untuk bosnya?

Jul 12, 2023

Muhammad Yusrizki, Ketua Komite Tetap Energi Terbarukan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), menjadi salah satu tersangka perkara dugaan korupsi dan tindak pidana pencucian uang (TPPU), proyek Base Tranceiver Station (BTS) 4G Bakti Kemenkominfo 2020 – 2022 yang telah merugikan uang negara sebesar 8.032 trilyun.

Nama Yusrizki, Direktur Utama PT Basis Utama Prima (BUP), belakangan menjadi headline berita nasional, bukan saja ia telah menerima uang dengan jumlah yang sangat besar Rp 50.000.000.000 dan 2.500.000 dollar AS, namun ia diyakini memiliki informasi terkait pelaku lainnya dalam kasus ini yang masih menjadi pertanyaan banyak pihak.

Terkait ini, Gde Siriana yang juga sebagai Direktur Eksekutif INFUS menyampaikan pendapatnya, bahwa semestinya Yusriski terpanggil hatinya untuk membuka siapa aja figur yang terlibat menikmati markup BTS ini terkait dengan peran PT BUP. Nggak lazim jika perusahaan transaksi triliunan tanpa diketahui pemilik. Kan bisa dilihat mutasi bank rekening perusahaannya. Nggak mungkin juga dalam transaksi resmi kontraktor bayar sub kontraktor dengan cash, ini juga kan terkait dengan pajaknya, ucap Gde Siriana kepada redaksi Pikiranmerdeka.com melalui telepon pada hari Rabu siang, 12/7/2023.

Lanjut Siriana sampaikan juga bahwa Windi dan Irwan semestinya konsisten mengungkap uang 27M yang diberitakan banyak media nasional telah diserahkan kepada Dito sebelum jadi Menpora dan untuk apa. Karena beberapa waktu lalu saat Dito dipanggil Kejagung kan tidak menjelaskan apakah dia terima atau tidak uang itu dan untuk apa. Tahu-tahu sehari setelah dipanggil ada orang yang kembalikan uang 27M. Perlu dijelaskan juga oleh Kejagung, apakah sudah mendapat informasi atas pengembalian uang tersebut saat memeriksa Dito?

Keberanian mereka menurut Gde Siriana bahwa untuk membuka kepada publik adalah sebagai penebusan dosa kepada rakyat Indonesia, terutama rakyat miskin. Ini jadi pilihan buat mereka, apakah berpihak kepada rakyat miskin atau lebih suka melindungi para koruptor. Mereka masih punya kesempatan untuk memperbaiki, harap Gde yang juga aktif sebagai Komite Eksekutif Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI).

Gde pun beranggapan jiki kasus ini sebenarnya sudah terang benderang modus korupsinya. Nalar masyarakat gak bisa dibohongi meski kesannya ada upaya proses hukum berlanjut tapi melokalisir kasus hanya menjerat sebagian aktor.

DPR juga harus marah sebagai wakil rakyat, tegas Siriana sambil membandingkan pada kasus lama yaitu century, kerugian 6 triliunan saja saat itu sudah gempar. Skrg kok adem ayem, permainan apa ini? ya rakyat juga paham lah, tambahnya.

“Wajar kalo sekarang rakyat marah, uang 8T ini kan bisa digunakan untuk kesejahteraan rakyat, pendidikan anak-anak,  atau melunasi hutang BPJS kepada RS agar kesehatan rakyat lebih terlayani,” ungkap Gde Siriana prihatin.

Menutup keterangannya, Sekjend Front Pergerakan Nasional (FPN), Gde Siriana sampaikan bahwa Indonesia akan hancur jika praktek korupsi ini semakin menjadi endemi korupsi. Kita sekarang hidup tanpa nilai-nilai, hanya mengejar material. Anak-anak milenial juga pengen cepat kaya, dengan cara apapun. Para pemimpin juga gak punya visi lagi tentang keadilan. Mau dibawa kemana Indonesia? imbuhnya miris.

(Agt/PM)