Seruan Damai Trump yang Diragukan, Serangan Rusia ke Ukraina Rusak Parah

Jul 4, 2025

Foto: Sedikitnya 23 orang terluka, termasuk 14 yang dirawat di rumah sakit, dan kerusakan parah terjadi pada infrastruktur kereta api, bangunan, serta kendaraan warga, menurut otoritas Kyiv. Serangan berlangsung lebih dari delapan jam, dalam beberapa gelombang, dengan total 539 drone dan 11 rudal yang diluncurkan ke wilayah Ukraina. (REUTERS/Gleb Garanich)

Kyiv, Ukraina – Jumat, 4 Juli 2025 – Rusia kembali melancarkan salah satu serangan udara terbesar terhadap ibu kota Ukraina, Kyiv, dalam intensitas yang belum pernah terjadi sebelumnya. Serangan berlangsung selama lebih dari delapan jam dan dilakukan dalam beberapa gelombang, dengan total 539 drone dan 11 rudal menghantam berbagai wilayah Ukraina.

Menurut otoritas lokal yang dikutip dari Reuters, sedikitnya 23 warga terluka, termasuk 14 orang yang dirawat di rumah sakit. Serangan tersebut juga menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur penting, seperti jalur kereta api, bangunan sipil, dan kendaraan warga.

Ledakan dari drone dan rudal menerangi langit malam Kyiv, menciptakan suasana panik di seluruh penjuru kota. Suara dentuman ledakan dan tembakan senjata antipesawat terdengar nyaring sepanjang malam saat sistem pertahanan udara Ukraina berusaha menghalau serangan.

Perusahaan kereta api nasional Ukraina, Ukrzaliznytsia, melaporkan bahwa rel-rel kereta api di Kyiv mengalami kerusakan berat, memaksa pengalihan rute dan menyebabkan keterlambatan jadwal perjalanan penumpang.

Dalam laporan Angkatan Udara Ukraina, sebanyak 478 senjata udara Rusia berhasil dihancurkan, sementara serangan tercatat di delapan wilayah berbeda, dengan tambahan 63 drone dan sembilan rudal lainnya.

Video dan gambar yang beredar di media sosial serta laporan dari petugas penyelamat memperlihatkan gedung-gedung terbakar, petugas pemadam kebakaran bekerja dalam gelap, dan kondisi kota yang porak-poranda akibat serangan tersebut.

Serangan besar ini terjadi bersamaan dengan meningkatnya ketegangan diplomatik antara Rusia dan Amerika Serikat. Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa pembicaraannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (3 Juli 2025) tidak menghasilkan kemajuan dalam upaya damai.

Namun, sejumlah pengamat internasional dan analis di Moskow menilai bahwa serangan Rusia ini kemungkinan merupakan bentuk tekanan dan respons strategis terhadap sinyal kebijakan luar negeri AS yang tidak konsisten. Meski Trump secara terbuka menyerukan damai, di lapangan, bantuan militer AS ke Ukraina terus berjalan—meskipun sebagian telah ditunda. Konteks ini menimbulkan persepsi di kalangan elit militer Rusia bahwa seruan damai Amerika Serikat hanya retorika kosong yang tidak diiringi langkah konkret untuk meredakan ketegangan.

Situasi ini diperparah oleh ketidakjelasan arah kebijakan Washington menjelang pemilihan presiden AS, yang menimbulkan spekulasi di Moskow bahwa ketidakpastian ini bisa dimanfaatkan untuk menekan Ukraina secara militer dan memaksa kompromi politik di meja perundingan.

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy berharap dapat berbicara langsung dengan Trump, terutama terkait penghentian sebagian bantuan senjata dari AS, yang dikhawatirkan akan melemahkan pertahanan negaranya di tengah serangan yang semakin masif dari Rusia.

Serangan pada 4 Juli ini kembali menegaskan bahwa konflik Rusia-Ukraina masih jauh dari usai. Eskalasi militer terus berlangsung, diplomasi terjebak dalam kebuntuan, dan masyarakat sipil kembali menjadi korban dalam pusaran perang geopolitik yang kian tak menentu.

Sumber: REUTERS, 4 Juli 2025