JAKARTA, PIKIRANMERDEKA.COM – Sagolicious Indonesia Prima Foundation melalui brand Sagolicious bekerja sama dengan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kelapa Gading di bawah Badan Gizi Nasional (BGN) mengadakan sosialisasi tentang sagu bagi siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Rabu (26/2).
Program ini bertujuan untuk mengenalkan sagu sebagai sumber karbohidrat alternatif yang sehat dan kaya nutrisi. Kegiatan ini dihadiri oleh Tim Sagolicious bersama Ketua SPPG Kelapa Gading, Zainal Abidin, serta pemilik Sagolicious, Jenny Widjaja. Pada tahap awal, mereka mengunjungi tiga sekolah, yakni SDN Kelapa Gading Barat 01, SDN Pegangsaan Dua 03, dan SDN Pegangsaan Dua 05.
Para siswa menyambut antusias sosialisasi ini, terutama saat mereka mencoba mie sagu dengan varian warna alami dari spirulina, buah naga, dan kunyit. Kegiatan ini merupakan bagian dari rencana sosialisasi yang menargetkan delapan sekolah di wilayah tersebut.
Dukungan untuk Program Makan Bergizi
Dalam keterangannya, Jenny Widjaja menyatakan bahwa sejak awal ia mendukung program makan gratis dari pemerintah yang kini dikenal sebagai SPPG BGN. Bahkan, sejak Desember lalu, timnya telah melakukan uji coba pemberian makanan bergizi bagi ibu hamil dan balita selama tiga hari, yang mendapat respons positif.
“Uji coba pada Desember lalu semakin meyakinkan kami. Sejak Januari, setelah anak-anak kembali masuk sekolah, kami telah menyediakan 3.100 porsi makanan setiap hari, lima kali seminggu. Kami memastikan bahan makanan yang digunakan berkualitas dengan kandungan gizi seimbang, termasuk protein dan serat yang cukup,” ujar Jenny.
Ia juga menyoroti tantangan dalam menciptakan menu sehat yang tetap menarik bagi anak-anak. Menurutnya, anak-anak cenderung menyukai makanan yang enak, tetapi belum tentu bergizi. Oleh karena itu, inovasi dalam menu menjadi hal penting agar makanan sehat juga dapat dinikmati dengan baik oleh siswa.
Sagu sebagai Alternatif Karbohidrat Sehat
Jenny menekankan pentingnya memperkenalkan sagu sejak dini sebagai alternatif karbohidrat selain nasi. Berdasarkan interaksi dengan siswa, ia menemukan bahwa masih banyak anak yang belum familiar dengan sagu, meskipun sebagian mengenal papeda, makanan khas Papua yang berbahan dasar sagu.
“Kami ingin mengajarkan bahwa rasa kenyang tidak harus selalu dari nasi. Dengan mie sagu yang berwarna alami dan kaya nutrisi, kami berharap anak-anak semakin mengenal keberagaman sumber pangan Indonesia,” jelas Jenny.
Ia juga berharap program ini bisa membawa manfaat lebih luas, dengan para siswa menyampaikan informasi tentang pola makan sehat kepada keluarga mereka. “Jika 3.100 anak yang mengikuti program ini bisa menjadi duta kecil untuk gizi seimbang, maka ribuan keluarga juga akan semakin sadar akan pentingnya pola makan sehat,” tambahnya.
Komitmen Terhadap Gizi Anak Sekolah
Program ini mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk Badan Gizi Nasional dan instansi terkait yang mengawasi kualitas makanan bergizi di sekolah. Jenny memastikan bahwa semua makanan yang disajikan telah melewati audit ketat untuk menjamin mutu dan keamanannya.
Ke depan, Sagolicious berencana terus mengenalkan makanan khas daerah yang bergizi sebagai pilihan sehat bagi anak sekolah. Dengan kerja sama yang solid antara pemerintah, ahli gizi, dan pihak swasta, diharapkan anak-anak Indonesia semakin terbiasa dengan pola makan sehat yang bernutrisi seimbang.
“Ini baru langkah awal, dan kami akan terus mengembangkan program ini agar lebih banyak sekolah bisa merasakan manfaat makanan bergizi,” pungkas Jenny.