Pikiranmerdeka.com, Jakarta – Perjuangan Masyarakat Adat di Tano Batak melawan perampasan tanah oleh Indorayon saat ini bernama PT Toba Pulp Lestari (TPL) tidak pernah padam.
Terakhir pada selasa, 27 Mei 2025, ratusan massa aksi berdemonstrasi menuntut adanya ketegasan Pemkab dan DPRD Tapanuli Utara untuk segera menutup TPL, satu dari ratusan orang itu adalah Delima Silalahi, Dewan Nasional KPA.
Protesnya kali ini bukan yang pertama kali dan tidak berdasar sebab perusahaan milik sukanto Tanoto ini hanya memberikan kesengsaraan bagi masyarakat adat di 12 kabupaten di Tano Batak.
TPL saat ini memonopoli tanah seluas 167.912 hektar berdasarkan SK 307/Menlhk/Setjen/ HPL.0/7/2020, keputusan ini dikeluarkan oleh Siti Nurbaya yang kala itu masih menjabat Menteri KLHK.
Dengan perubahan kedelapan inilah TPL hari ini semakin berani merampas tanah, memenjarakan masyarakat adat dan merusak lingkungan.
Belum hilang rasa lelah long march Delima Silalahi, pagi ini Ia diteror dengan dikirimi kotak yang berisi bangkai burung oleh orang yang tidak dikenal.
Paket tersebut ditemukan oleh kerabatnya sekitar pukul 08.15 WIB, tergeletak di atas meja tamu.
Tidak ada satu pun anggota rumah yang mengetahui siapa pengirim maupun waktu pengantarannya. Janggalnya terror ini bersamaan dengan kian tingginya desakan masyarakat kepada pemerintah untuk segera menutup TPL.
Jika benar TPL adalah pelakunya, maka korban kekerasan dan terror TPL kian bertambah. Menurut data Aliansi Tutup TPL 2021, lebih dari 93 orang bahkan sudah dikriminalisasi oleh TPL hanya karena mempertahankan tanahnya.
Kejahatan TPL tidak hanya berhenti disana, selama tahun 2024, Tanoto melalui TPLnya menyebabkan 9 konflik agraria, di 3 kabupaten yaitu Toba Samosir, Simalungun dan Tapanuli Selatan seluas 8.464,36 hektar dengan 270 keluarga sebagai korbannya (KPA, 2024).
Daftar kejahatan yang dilakukan TPL sejak 1980an silam hingga hari ini seharusnya menjadi dasar bagi Kementerian Kehutanan untuk tegas menutup TPL selamanya.
KPA juga menegaskan komitmen kami berjuang bersama masyarakat adat Tano Batak dalam melawan perampasan tanah dan kerusakan lingkungan yang dilakukan oleh PT TPL.
Bersamaan dengan adanya terror terhadap Anggota Dewan Nasional KPA, kami menyatakan sikap:
- Mengutuk keras tindakan teror dan kekerasan simbolik terhadap Delima Silalahi.
- Mendesak Presiden dan Menteri Kehutanan untuk segera menutup PT TPL yang menjadi biang keladi perampasan tanah, kerusakan lingkungan dan korupsi agraria di Indonesia.
- Mendesak aparat penegak hukum untuk segera mengusut dan mengungkap pelaku serta aktor intelektual di balik peristiwa ini.
- Menyerukan solidaritas luas kepada seluruh organisasi rakyat dan seluruh jaringan organisasi masyarakat sipil lainnya untuk bersatu melawan segala bentuk intimidasi terhadap para pejuang agraria dan lingkungan.
Hormat kami,
Konsorsium Pembaruan Agraria
Jakarta, 30 Mei 2025.
Dewi kartika
Sekretaris Jenderal
Kontak: 0813 9469 5471– Roni Septian
TutupTPL
TanahUntukRakyat
HentikanKriminalisasiPejuangAgraria
HentikanKekerasanTerhadapAktivisAgraria
LawanKekerasanSimbolik
BersamaMasyarakatAdat
Kontributor : Amhar