Tekhnologi Baru, Eropa Berhasil Ciptakan Gerhana Matahari Buatan

Jun 19, 2025

Foto: Gerhana Matahari Buatan / CNN

Dua satelit milik Badan Antariksa Eropa (ESA) berhasil menciptakan gerhana Matahari buatan di luar angkasa sebuah terobosan ilmiah yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

Percobaan ini diumumkan ESA pada Senin, 16 Juni, dan bertujuan membuka tabir korona Matahari lapisan paling luar yang selama ini sulit diamati karena tertutup cahaya terang Matahari. Dengan teknologi ini, para ilmuwan kini dapat mempelajari korona dalam kondisi optimal, tanpa harus menunggu gerhana alami.

Dua satelit tersebut, bernama Coronagraph dan Occulter, terbang dalam formasi sejauh 130 meter di luar angkasa selama beberapa jam tanpa kendali langsung dari Bumi. Saat Occulter memblok cahaya Matahari, Coronagraph menangkap gambar korona dengan instrumen optik canggih bernama ASPIICS.

Ditengah Sambutan Prabowo Belikan Mainan Untuk Anak Diaspora di St. Petersburg

“Proba-3 adalah misi terbang formasi pertama di dunia. Sepasang pesawat ruang angkasa menciptakan bayangan presisi di angkasa, memungkinkan kita mengamati korona Matahari secara berkelanjutan,” jelas ESA dalam pernyataan resminya.

Misi ini disebut sangat penting karena membantu ilmuwan memahami fenomena angin Matahari aliran partikel bermuatan dari Matahari yang dapat memengaruhi satelit, komunikasi, hingga sistem kelistrikan di Bumi. Selain itu, misi ini juga mengungkap bagaimana korona melepaskan energi dalam bentuk lontaran massa korona (coronal mass ejection/ CME), salah satu penyebab utama badai geomagnetik.

Ilmuwan utama misi, Andrei Zhukov dari Royal Observatory of Belgium, menyebut momen ini luar biasa. “Kami hampir tidak bisa mempercayai mata kami. Ini adalah percobaan pertama, dan berhasil. Sangat luar biasa,” katanya. Sejauh ini, Proba-3 telah menciptakan 10 gerhana buatan, dengan durasi terpanjang mencapai lima jam.

Foto-foto hasil observasi diproses oleh tim ilmuwan di Belgia, berdasarkan masukan dari komunitas ilmiah internasional. Gambar-gambar ini akan digunakan untuk pemodelan komputer korona dan membantu prediksi cuaca antariksa yang lebih akurat.

“Proba-3 memberikan data korona Matahari hampir hingga ke tepi permukaannya. Ini belum pernah bisa dilakukan sebelumnya, kecuali saat gerhana alami,” jelas Jorge Amaya, koordinator pemodelan cuaca antariksa di ESA.

ESA menekankan bahwa misi ini bukan hanya lompatan teknologi, tetapi juga investasi besar dalam perlindungan bumi dari fenomena luar angkasa yang berdampak langsung terhadap kehidupan modern. Dengan pemahaman lebih dalam tentang Matahari, dunia bisa lebih siap menghadapi potensi gangguan cuaca antariksa di masa depan.

(Bbg/PM)