Pemerintah Menanggapi Kenaikan Standar Kemiskinan Global, Indonesia Terkesan Miskin.
Pemerintah merespons lonjakan angka kemiskinan Indonesia versi Bank Dunia yang kini mencapai 68,3% atau setara 194 juta orang. Angka ini muncul akibat kenaikan garis kemiskinan global yang diumumkan Bank Dunia dalam laporan terbarunya, yang menggunakan metode paritas daya beli (PPP) tahun 2021, menggantikan PPP 2017.
Standar Baru Bank Dunia.
- Garis kemiskinan ekstrem: naik dari US\$2,15 → US\$3,00 per hari.
- Negara berpendapatan menengah ke bawah: dari US\$3,65 → US\$4,20.
- Negara menengah ke atas (seperti Indonesia): dari US\$6,85 → US\$8,30.
Dengan standar terbaru, angka kemiskinan Indonesia melonjak dari 60,3% (171 juta) ke 68,3% (194 juta).
Pemerintah Tetap Pakai Standar Nasional
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan, Indonesia masih memakai standar Badan Pusat Statistik (BPS) untuk mengukur kemiskinan nasional. BPS menggunakan pendekatan Cost of Basic Needs (CBN), yaitu kebutuhan minimum makanan dan non-makanan.
“Kita gunakan standar kita sendiri, yakni standar BPS,” ujar Airlangga.
BPS belum berencana menyesuaikan metode mereka meski Bank Dunia sudah mengubah standar global. Menurut BPS, penerapan garis kemiskinan global tidak bisa serta-merta diberlakukan karena kondisi ekonomi, harga barang, dan pola konsumsi tiap negara berbeda.
Fakta Garis Kemiskinan Indonesia (per September 2024).
- Per kapita: Rp.595.242 per bulan.
- Rata-rata rumah tangga miskin (4,71 orang), Rp.2.803.590 per bulan.
- Contoh per provinsi:
- Jakarta, Rp.4.238.886
- NTT, Rp.3.102.215
- Lampung, Rp.2.821.375
Kenapa Indonesia Terkesan “Lebih Miskin”?
Indonesia kini masuk kategori upper-middle income (pendapatan menengah atas) dengan GNI per kapita US\$4.870. Namun, ini baru sedikit di atas batas bawah kategori tersebut (US\$4.516), sehingga jika garis kemiskinan global digunakan, banyak warga yang secara ekonomi masih belum “mapan” akan terhitung miskin.
Bank Dunia juga menyarankan tiap negara untuk tetap memakai garis kemiskinan nasionalnya, disesuaikan dengan realita lokal.
Intinya.
Naiknya angka kemiskinan Indonesia versi global bukan karena kondisi ekonomi memburuk, tetapi karena metode perhitungan internasional yang diperbarui. Pemerintah tetap fokus pada pendekatan lokal yang dianggap lebih relevan dengan kondisi dalam negeri.
Jika kamu kaget dengan angka 194 juta orang miskin, pahami dulu standar siapa yang dipakai.
Sumber: CNBC
Editor: Agusto Sulistio