Oleh: Agusto Sulistio – Pendiri The Activist Cyber, Mantan Kepala Aksi & Advokasi PIJAR.
Dalam debat capres 2024 sesi ke-3 yang diselenggarakan KPU pada Minggu, 7 Januari 2024, penulis memberikan penilaian bahwa debat tersebut memperlihatkan peningkatan kualitas dan hasil yang lebih baik dibanding sesi 1 dan 2 sebelumnya.
Serangan Digital Anies terhadap Prabowo
Dalam sesi ketiga ini, fokus debat mengangkat tema Pertahanan, Keamanan, Hubungan Internasional, dan Geopolitik, menciptakan panggung ketegangan antara Anies dan Prabowo. Beberapa poin saling serang menonjol:
Kritik Terhadap Kelemahan Ketahanan Siber: Anies menyoroti ketahanan siber yang lemah di pemerintahan, bahkan menyebut serangan siber terhadap situs Kementerian Pertahanan sebagai hasil dari kelemahan tersebut.
Anggaran Kemenhan untuk Alutsista Bekas: Anies mengkritik penggunaan anggaran Kemenhan yang besar untuk membeli alutsista bekas, sementara masih ada anggota TNI yang belum sejahtera.
Tantangan Publik untuk Data yang Keliru: Anies menantang Prabowo untuk membuktikan klaim data yang dianggap keliru, menciptakan ketegangan di luar batas debat.
Respon Tajam Prabowo dalam Ranah Digital
Prabowo, tak tinggal diam, memberikan kritik dan sindiran balik melalui platform digital:
Tudingan Ketidakpahaman Anies terhadap Pertahanan: Prabowo menyindir Anies yang dianggap tidak memahami masalah pertahanan, khususnya terkait alutsista bekas.
Data Salah dan Ajakan Keterbukaan: Prabowo mengklaim bahwa data yang dibawa Anies tidak benar dan menyesatkan, sambil mengajak Anies untuk membuktikan data sebenarnya di luar konteks debat.
Pertarungan Etika di Dunia Digital: Segmen 4 membawa argumen etika, di mana Prabowo menilai Anies tak pantas membahasnya dan menyebut Anies sendiri keliru dalam isu tersebut.
Dampak Terhadap Isu Ketersediaan Anggaran
Dalam menjawab kritik, Prabowo juga mengkritik konsistensi Anies dan cawapresnya, Muhaimin Iskandar, terkait pengadaan alutsista. Kesimpang-siuran posisi Anies dan Muhaimin dalam isu ini menjadi sorotan dalam ranah digital, menciptakan kompleksitas isu yang semakin berkembang.
Mengevaluasi Kualitas Debat dalam Ranah Digital
Pertarungan antara Anies dan Prabowo di ranah digital mencerminkan kompleksitas kontestasi politik modern. Kualitas debat tidak hanya ditentukan oleh substansi argumen, tetapi juga oleh bagaimana debater berkomunikasi di dunia maya. Ketajaman analisis, etika debater, dan keterbukaan dalam merespons pertanyaan menjadi penentu sejauh mana debat ini dapat dianggap bermutu.
Ketidakpastian subjektif terkait apakah debat tersebut sesuai dengan standar kualitas debat yang diharapkan menggarisbawahi kompleksitas dinamika politik modern. Faktor-faktor seperti ketepatan argumen, etika debater, dan transparansi informasi semakin menjadi sorotan dalam menyikapi perdebatan politik yang semakin terdigitalisasi.