Uang Beredar Naik, Tapi Melambat, Apa Dampaknya Bagi Masyarakat?

Jun 10, 2025

BI Catat Uang Primer RI Rp1.939 T, Naik 14,5 Persen Per Mei 2025.”

Bank Indonesia (BI) mencatat jumlah uang yang beredar (uang primer) per Mei 2025 mencapai Rp.1.939,1 triliun. Jumlah ini naik 14,5% dibandingkan tahun lalu, tapi sedikit turun dibanding April yang sempat menyentuh Rp1.952,3 triliun.

Mengapa bisa naik tapi malah turun? Keadaan ini bukan hal aneh. Pertumbuhan uang primer ini tetap positif, hanya saja lajunya mulai melambat.

Uang Primer Itu ibarat “darah segar” dalam sistem keuangan. Isinya dua hal:

  1. Uang tunai yang kita pegang sehari-hari.
  2. Saldo milik bank yang disimpan di Bank Indonesia.

Nah, BI juga punya istilah “uang primer adjusted”, yaitu versi uang primer yang sudah dikoreksi, jadi angkanya lebih mencerminkan kondisi sebenarnya di lapangan, karena sudah memperhitungkan efek dari kebijakan khusus BI.

Ada Apa di Balik Angka Ini? BI sampaikan, pertumbuhan ini didorong oleh:

  • Naiknya uang tunai yang beredar (naik 10,1%).
  • Bertambahnya saldo bank di BI (naik 10,7%).

Tapi, sejak awal tahun, BI juga mulai menyampaikan data versi adjusted, agar publik bisa melihat gambaran likuiditas yang lebih jernih, terutama karena sejak April 2025 ada insentif baru buat bank.

Insentif Apa? Namanya Kebijakan Likuiditas Makroprudensial (KLM). Lewat ini, bank yang rajin menyalurkan kredit ke sektor prioritas (misalnya perumahan), diberi “bonus” berupa:

  • Boleh simpan lebih sedikit uang di BI.
  • Artinya, mereka punya lebih banyak uang untuk disalurkan ke masyarakat.

Kebijakan ini bikin angka saldo bank di BI kelihatan menurun, padahal dananya memang sengaja “dibebaskan” oleh BI. Inilah mengapa angka adjusted penting.

Jadi, Buat Kita Apa Artinya?

  • BI sedang menjaga ekonomi tetap cair lewat insentif untuk mendorong kredit.
  • Uang beredar bertambah, tapi dengan hati-hati agar tidak menimbulkan inflasi berlebihan.
  • Likuiditas bank tetap aman, bahkan lebih longgar, kabar baik untuk dunia usaha dan konsumen.

Sumber: CNN
Editor: Agusto Sulistio