Pikiran Merdeka.com – Sedikitnya sudah 6 kali BBM naik sejak Jokowi terpilih menjadi Presiden RI sejak tahun 2014.
Kebijakan naiknya BBM yang diumumkan langsung oleh Presiden Jokowi pada hari Sabtu siang 3/9/2022, menimbulkan kritik dari berbagai kalangan, serta gelombang protes diberbagai wilayah.
Terkait itu, Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat Syarikat Islam, Ferry Juliantono, menyatakan bahwa kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) saat rakyat sedang susah di tengah situasi ekonomi yang sedang sulit akibat efek pandemi COVID-19 adalah keputusan yang salah.
Bangkitnya soliditas Civil Society dalam sarasehan Syarikat Islam
Derita Rakyat, proyek dipertahankan, subsidi BBM, Listrik, Gas dicabut
Aktivis Mahasiswa era tahun 80-an yang kerap mengkritisi berbagai kebijakan yang tidak pro-rakyat ini menyampaikan akibat lain dari kenaikan harga BBM ini adalah inflasi yang meroket, kenaikan harga barang, daya beli turun, pemutusan hubungan kerja, sementara bantuan langsung tunai sebagai pengalihan subsidi hanya mampu beberapa bulan saja.
“Ujung semua kondisi ini pemerintah sendiri yang akan rugi, tingkat kepercayaan publik rendah, pemerintah dianggap tak cakap mengelola ekonomi sampai memicu potensi ketidak stabilan akibat perlawanan rakyat,” ucap Ferry dalam pesan WhatsApp yang dikirim ke redaksi PikiranMerdeka.com, pada Senin siang, 5 September 2022.
Pendekatan kebijakan keuangan negara terkait naiknya BBM, kata Ferry masih neo liberal yang pro pasar bukan pro rakyat. Ia mengatakan keadaan rakyat saat ini sedang susah karena pandemi sekarang ditekan lagi dengan kenaikan harga BBM.
“Dan kenaikan ini menyebabkan inflasi yang tinggi yang menyebabkan sebagian besar rakyat tambah jatuh bangun untuk bertahan hidup,” tambah Ferry.
Jangan siksa Rakyat, bantuan sosial setiap BBM naik sangat menyakitkan
BBM naik lagi, Rizal Ramli: Negara lain turun, Indonesia malah dinaikkan
Ferry pun sampaikan akan ada dampaknya dari keputusan pemerintah yang salah ini, akan menimbulkan dampak sosial politik yang besar.
Oleh sebab itu menurutnya, gelombang protes rakyat menjadi wajar ketika aspirasi mereka semakin tidak terdengar. “Ada perasaan umum di masyarakat bahwa negara makin tidak adil,” tutur Ferry yang juga pernah dipenjara pada tahun 2008 selama setahun karena menentang kenaikan harga BBM. (agt/PM)