Foto: Direktur RS Indonesia Dr. Marwan Al-Sultan.(Foto: Quds network)
Sejak agresi brutal dimulai pada Oktober 2023, militer Israel telah menggempur Jalur Gaza dengan kekuatan yang membabi buta. Dalam waktu hampir dua tahun, lebih dari 100.000 warga sipil Palestina termasuk anak-anak, perempuan, dan lansia dilaporkan tewas atau hilang, sebagian besar tak sempat diselamatkan dari reruntuhan bangunan yang dihantam rudal. Kekejaman ini bukan sekadar konflik politik, melainkan sebuah tragedi kemanusiaan global yang sudah lama melampaui batas nalar dan keadilan.
Serangan Israel ke Gaza telah menjelma menjadi wajah baru genosida di abad modern, di mana nyawa warga sipil tak lagi berarti. Fasilitas sipil rumah sakit, kamp pengungsian, sekolah, hingga tempat ibadah telah menjadi sasaran tembak yang sistematis, terstruktur, dan berdarah dingin. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa Israel telah mengabaikan seluruh prinsip hukum humaniter internasional.
Warga Gaza Tidak Butuh Omon-Omon dan Belas Kasihan, Mereka Butuh Keberanian Kita
Menelisik Jokowi Ketika “Melindungi” Gibran Dari Ancaman Pemakzulkan?
Jaksa Tuntut Tom Lembong Denda Uang dan Penjara Sekian Tahun
Tragedi terbaru dan paling memilukan adalah gugurnya dr. Marwan Al Sultan, Direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza, bersama seluruh anggota keluarganya pada 2 Juli 2025. Rumah mereka dibombardir oleh serangan udara militer Israel yang menyasar wilayah permukiman sipil di barat daya Kota Gaza.
Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri menyampaikan kecaman keras dan duka mendalam atas kematian dr. Marwan, yang selama ini dikenal sebagai pejuang kemanusiaan dan sumber informasi utama dunia mengenai kondisi medis dan korban sipil di Gaza. Ia bukan hanya direktur rumah sakit, tetapi juga simbol keberanian dan dedikasi di tengah kekacauan perang.
Dr. Marwan berulang kali menyerukan perlindungan bagi tim medis dan fasilitas kesehatan yang seharusnya netral dalam konflik. Namun, seruan tersebut jatuh di telinga yang tuli. Rumah Sakit Indonesia, yang dibangun dengan semangat solidaritas bangsa Indonesia untuk rakyat Palestina, telah berkali-kali diserang dan dikepung oleh militer Israel dengan tuduhan adanya markas Hamas di dalamnya tuduhan yang tidak pernah terbukti hingga kini.
Gawat! Setengah Anak Indonesia Alami Cyberbullying, Berikut Pencegahannya
Trump Klaim Gagal Yakinkan Putin Hentikan Perang Ukraina? Ini Penyebabnya
Ini Sebab Produksi Padi Melimpah, Tapi Harga Beras Naik
Laporan dari berbagai sumber internasional, termasuk Al Jazeera, menyebutkan bahwa strategi Israel kerap menggunakan dalih “target militan” sebagai pembenaran untuk membumihanguskan fasilitas sipil. Kenyataannya, mayoritas korban adalah warga sipil tak bersenjata, termasuk para pengungsi dan pasien yang sudah tidak mampu bergerak.
Menurut laporan lembaga kemanusiaan internasional, lebih dari 56.000 warga Palestina telah terbunuh hingga pertengahan 2025, dan ratusan ribu lainnya terluka atau mengungsi dalam kondisi tanpa makanan, air bersih, dan pelayanan medis layak. Ratusan fasilitas sipil dilaporkan hancur total termasuk rumah sakit, sekolah, panti jompo, bahkan pusat distribusi bantuan pangan.
Penderitaan rakyat Gaza bukanlah sekadar “efek samping perang”, tetapi konsekuensi dari kebijakan militer yang mengabaikan prinsip-prinsip kemanusiaan. Ini bukan soal agama, bukan konflik antar keyakinan. Ini adalah pelanggaran hak asasi manusia terang-terangan, sebuah genosida yang sedang berlangsung di depan mata dunia.
Indonesia, melalui berbagai pernyataan resmi, telah menyuarakan penolakan terhadap kekejaman ini dan menyerukan gencatan senjata segera, serta mendesak dunia internasional untuk tidak lagi menutup mata dan berpura-pura netral. Dunia harus bersuara lebih lantang dan bertindak lebih tegas. Diam berarti bersekutu dengan pelaku kekejaman.
Kini saatnya masyarakat internasional, termasuk lembaga-lembaga dunia seperti PBB, Organisasi Kesehatan Dunia, dan Mahkamah Pidana Internasional, mengambil langkah konkret untuk menghentikan kekejaman ini. Kematian dr. Marwan Al Sultan harus menjadi simbol perlawanan global terhadap penghancuran nilai-nilai kemanusiaan. (**)
Oleh: Agusto Sulistio
Pesan ini terkirim ke ribuan Netizen via Blasting Algoritma Cloud System by The Activist Cyber.